"Sebuah sinergi yang harmonis antara pekerja yang pemilik usaha adalah salah satu cara untuk berhasil dengan selamat mengarungi periode krisis seperti pandemi COVID-19 yang terjadi sekarang ini."
Di tengah periode pandemi COVID-19 banyak sekali perusahaan yang mengalami permasalahan di dalam operasional produksinya. Sebagian karyawan harus menerima kenyataan gaji mereka tidak dibayar utuh oleh perusahaan terkait kebijakan penyesuaian akibat lesunya bisnis selama pandemi.Â
Namun paling tidak mereka masih lebih beruntung ketimbang nasib pekerja lainnya yang harus dirumahkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja oleh karena kondisi yang sudah tidak lagi memungkinkan.Â
Sehingga bagi kita yang sejauh ini masih bisa bekerja dan terlebih mendapatkan gaji yang tetap utuh harus banyak-banyak bersyukur atas nikmat tersebut. Bekerja dengan lebih giat dan mungkin dalam beberapa kesempatan harus berkenan untuk "berkorban" lebih dari biasanya.
Ketika ada suatu perusahaan yang masih lancar aliran bisnisnya, ordernya lancar, omset tetap tinggi, dan lain sebagainya hendaklah hal itu juga disyukuri oleh semua pekerja yang ada di sana. Bahkan ketika seorang karyawan dituntut untuk bekerja lembur sekalipun hendaknya hal itu juga tetap dipandang sebagai sesuatu yang positif.Â
Apabila memang kerja lemburnya dibayar dengan kompensasi sejumlah uang tertentu maka mungkin tidak ada pekerja yang keberatan untuk menjalaninya. Akan tetapi saat pekerjaan lembur itu hanya dikompensasi dengan jatah libur pengganti maka mungkin tidak semua pekerja berkenan melakukannya. Alasannya bisa bermacam-macam. Tapi pada intinya mereka keberatan untuk melakukan hal itu.
Di sisi lain, menginstruksikan pekerja operasional untuk masuk pada tanggal merah hari libur demi untuk memenuhi kebutuhan produksi perusahaan juga tidak mudah bagi para atasan.Â
Khususnya atasan yang terhubung langsung dengan para pekerja operasional itu. Mungkin muncul rasa tidak enak karena harus menyita waktu mereka untuk meninggalkan liburannya.Â
Barangkali ada rasa "malu" karena meminta dukungan lebih kepada mereka sedangkan kita tidak memberikan kompensasi finansial (lembur) seperti seharusnya.Â
Dalam benak para atasan tersebut bisa jadi sebenarnya menginginkan apresiasi tersebut, hanya saja kebijakan dari manajemen perusahaan seiring pengetatan finansial maka upah lembur hanya bisa digantikan dengan jatah libur pada haris-hari yang lain.Â
Dengan segala keterbatasan tersebut tentu tidak mudah bagi para atasan untuk mendesak anak buahnya masuk kerja saat dibutuhkan pada tanggal merah. Diperlukan sebuah persuasi yang baik sehingga tidak terkesan memaksakan kebijakan tersebut kepada para pekerja operasional.