Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Never Failed, Just Reschedule

23 September 2020   07:08 Diperbarui: 23 September 2020   07:12 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : www.123rf.com

Mengapa suatu pekerjaan dalam dunia industri khususnya sektor manufaktur peran perencana produksi (production planner) terasa begitu penting? Karena sebagai sebuah organisasi yang berorientasi terhadap profit maka segala sesuatu yang memungkinkan terciptanya profit tersebut mau tidak mau harus dipastikan kejadiannya. 

Apabila produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan menjadi inti dari cara memperoleh proft maka kesiapan produk tersebut sudah berarti segalanya. Dengan kata lain produk yang dihasilkan oleh sebuah unit bisnis harus senantiasa ada kapanpun ia dibutuhkan. 

Sehingga perlu sebuah upaya untuk mendukung ketercapaian hal itu mulai dari tahapan pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Semuanya saling terkait satu sama lain dimana peran keberadaan seorang production planner adalah menciptakan sinergi dari semua elemen yang terlibat sehingga bisa diperoleh hasil yang tepat pada saat yang tepat.

Bagi seorang planner kegagalan dalam melakukan proses produksi bukanlah sebuah pilihan. Tidak ada istilah "gagal produksi" dalam kamus seorang planner, karena yang ada hanya menjadwal ulang.  Pada umumnya tim marketing atau pemasaran akan menjalin sebuah kesepakatan dengan customer perihal order yang perlu dikerjakan oleh tim produksi lapangan. 

Kesepakatan itu pada dasarnya membutuhkan pertimbangan dari planner terkait kesiapan sumber daya, waktu, dan sarana pendukung lain untuk menuntaskan order tersebut. "Haram" hukumnya bagi planner untuk menolak order yang disampaikan oleh tim pemasaran. Karena bagaimanapun juga mendapatkan order dari customer tidaklah semudah yang dikira. 

Penolakan terhadap order adalah sebuah kegagalan yang harus dihindari. Jikalau memang ada beberapa keterbatasan seperti kapasitas peralatan yang terbatas, sumber daya yang kurang, atau waktu yang tidak mencukupi maka jalan terbaik yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan penjadwalan ulang terkait rencana pemenuhan order yang ada. 

Terkecuali seandainya dari pihak customer sendiri yang menyatakan keberatan terkait hal itu sehingga lebih memilih mengalihkan permintaannya ke produsen yang lain melalui beberapa pertimbangan tertentu.

Planner adalah pemberi pertimbangan terkait pengerjaan sebuah order melalui pertimbangan yang logis, matematis, dan berdasarkan data. Bukan dilandasi emosi malas untuk mengerjakan sesuatu yang lebih menantang atau sebaliknya terlalu percaya diri sehingga semuanya diterima tanpa filter sedikitpun. 

Integritas seorang planner dipertaruhkan melalui caranya menilai sesuatu apakah sesuai porsi kapasitasnya atau tidak. Seorang planner bisa mempercepat atau memperlambat pencapaian suatu target apabila beberapa variabel yang mempengaruhinya diubah. Seperti misalnya hasil produksi mesin bisa ditingkatkan apabila kondisi mesin di-upgrade atau ditambah jumlah mesinnya. 

Selain itu ada juga opsi yang menjadikan prioritas untuk beberapa kategori produk tertentu dibandingkan yang lain. Beberapa hal tersebut bisa "dimainkan" oleh planner sesuai kondisi dan kebutuhan. Dari setiap kemungkinan yang bisa dikalkulasikan inilah maka seorang planner memiliki kemampuan untuk memberikan pilihan keputusan kepada pihak-pihak yang terkait dengannya.

Dan sekali lagi, kegagalan bukanlah pilihan bagi seorang planner. Ia hanya mengenal satu istilah, ketercapaian target. Alat yang dipakai hanyalah "schedule" atau penjadwalan. Selebihnya tergantung pada dukungan lini lain yang terkait dengannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun