Dalam hal ini kita hanya butuh kearifan untuk bersikap. Melihat secara jernih dan mencari penjelasan yang bisa bertanggung jawab tanpa asumsi dan penilaian semauanya sendiri. Bukan tidak mungkin penilaian sensitif yang kita sematkan terhadap objek tertentu semakin menyematkan citra buruk akan diri kita ataupun komunitas yang kita wakili.Â
Apalagi ditengah situasi dimana keakraban dalam menjalin kehangatan hubungan harmonis mengalami tantangan dari berbagai penjuru seperti sekarang. Jangan sampai sebuah fenomena psikologis seperti pareidolia ini justru menjadi pemicu terjadinya konflik horisontal antar warga negara dan antar umat beragama.
 Â
Salam hangat,
Agil S Habib
Refferensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H