Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Marah Seringkali menjadi Senjata Andalan para Bos dalam Memimpin?

6 Agustus 2020   07:12 Diperbarui: 6 Agustus 2020   07:10 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu seterusnya hingga amarah itu menyebar luas terkecuali sebagian dari mereka yang menjadi sasaran amarah mampu menetralisir hal itu sehingga tidak "menularkannya" lagi kepada orang lain. Amarah yang menjalar kemana-mana bukanlah sebuah kabar baik untuk menciptakan kondusivitas dan harmoni kerja. 

Memang sebagian orang ada yang memaklumi sikap para bos atau atasan yang berlaku demikian dengan menjadikan marah sebagai bagian dari "tabiat" pemimpin. Namun tidak bisakah "gaya" seperti itu diubah? 

Ataukah diperlukan keselarasan baru didalam segenap anggota komunitas atau organisasi untuk turut menciptakan budaya kerja yang menihilkan "kosakata" marah dalam tatakelolanya.  Kalau bisa dibilang, menjadi seorang pemimpin sebenarnya bukanlah legitimasi untuk terus "memproduksi" amarah demi amarah dalam penunaian tugasnya.

Salam hangat,

Agil S Habib 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun