Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Muhadjir Effendy Cari Mantu dari Keluarga Miskin?

5 Agustus 2020   10:13 Diperbarui: 5 Agustus 2020   10:09 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah pernyataan bernada kontroversi dilontarkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy baru-baru ini perihal antar keluarga miskin besanan hanya akan menciptakan keluarga miskin yang baru. 

Pernyataan ini mengesankan bahwa pernikahan antar warga negara berlatar belakang ekonomi lemah perlu dihindari. Padahal kemiskinan sendiri itu menjadi tanggung jawab negara untuk memberantas, melalui program-program pengentasan kemiskinan dan bukannya pernyataan kontroversial tanpa solusi. 

Setiap orang berlatar kaya tentu berharap memiliki pasangan dari latar belakang sepadan. Sedangkan mereka yang miskin pun berharap agar bisa memiliki pasangan hidup dari kalangan keluarga berada, meskipun hal itu bisa dibilang sebagai realitas yang langka. 

Namun apa yang disampaikan Pak Muhadjir sepertinya membawa "misi" lain terkait perkawinan antar kelas ekonomi melalui contoh yang hendak beliau tunjukkan dari kalangan keluarganya sendiri. Mungkinkah Pak Muhadjir sebenarnya mendambakan calon mantu dari kalangan keluarga ekonomi lemah?

Seorang menteri umumnya hidupnya berkecukupan, seperti halnya Pak Muhadjir. Beliau bisa dibilang sebagai salah satu orang kaya. Atau minimal kebutuhan hidupnya secara ekonomi tercukupi. Orang-orang diluar sana tentu tidak sedikit yang berharap menjadikan beliau sebagai kerabat dekat. 

Misalnya menjadi besan beliau. Apalagi kalangan keluarga miskin yang mendapatkan kesempatan untuk menjalin kekerabatan baru dengan beliau. Tentunya mereka akan sangat berbahagia. Dan perlu diketahui bahwa Pak Muhajdir saat ini memiliki tiga orang anak yang masih berusia belia. 

Secara usia memang belum waktunya menikah, tapi kelak tidak menutup kemungkinan Pak Muhadjir akan mengarahkan anak-anaknya tersebut supaya memilih pasangan hidup dari kalangan keluarga kurang berada sehingga bisa membantu memperbaiki ekonomi keluarga baru di Indonesia ini.

Jika seperti itu yang nantinya akan dilakukan oleh Pak Muhadjir, dan kemudian para elit petinggi negara ini berbondong-bondong menempuh langkah serupa maka akan cukup banyak keluarga miskin yang terbantu karenanya. 

Tentu dengan syarat bahwa para keluarga kaya yang mengikat kekeluargaan baru dengan para keluarga miskin tersebut turut memberikan sumbangsih mengentaskan mereka dari jurang kemiskinan. Apakah hal itu bisa terwujud? Semuanya masih mungkin terjadi di dunia ini. Termasuk harapan dari Pak Muhadjir itu sendiri.

Pernyataan pak menteri memang terkesan kontroversial, tapi bisa jadi beliau memiliki niatan baik untuk mengajarkan warga negara Indonesia yang berkemampuan lebih secara ekonomi agar beramai-ramai menggandeng keluarga miskin dalam ikatan persaudaraan sekaligus menjadi fasilitator pengentasan kemiskinan. 

Hal ini merupakan sebuah terobosan baru dalam upaya pengentasan kemiskinan. Penjelasan sederhananya, ketika si kaya mempersunting atau dipersunting si miskin maka diharapkan keluarga baru itu bisa menjalani hidup yang lebih baik. 

Keberhasilan keluarga baru itu secara ekonomi diharapkan bisa memberikan sumbangsih kepada orang tuanya yang berlatar ekonomi miskin untuk bisa bangkit menangkal kemiskinannya.

Istilah kata mereka semua dirangkul untuk bersama-sama mentas dari kemiskinan. Bayangkan jika tindakan semacam itu diadopsi oleh ribuan bahkan jutaan keluarga lain di Indonesia. Bukan tidak mungkin problem kemiskinan akan lebih cepat teratasi. Bukan begitu, Pak Muhadjir?

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi :

[1]; [2]; [3]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun