Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Investasi yang Lebih dari Sekadar Investasi

30 Juli 2020   07:13 Diperbarui: 30 Juli 2020   07:29 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prinsip investasi adalah untuk menciptakan rasa aman secara ekonomi untuk kehidupan kita beberapa puluh tahun ke depan. Dengan harapan tatkala masa pensiun tiba maka seseorang tidak perlu khawatir akan mendapatkan income dari mana serta bagaimana cara mencukupi kebutuhan keluarga disaat tubuh sudah tak mampu lagi berbuat banyak layaknya sewaktu muda dulu. 

Syukur-syukur kalau investasi tersebut tetap bisa dinikmati anak cucu kita kelak. Namun, apakah kita juga memikirkan bahwa investasi itu tidak melulu tentang kehidupan kita di dunia, melainkan juga kehidupan akhirat? 

Paling tidak bagi mereka yang memiliki keyakinan akan adanya kehidupan selanjutnya pasca kehidupan yang sekarang. Uraian tentang hal ini mungkin sedikit melenceng dari pembicaraan mengenai produk-produk investasi pada umumnya, tapi justru investasi inilah yang paling sangat berperan menentukan hakikat eksistensi kita sepanjang hayat.

Jangan pernah mengira bahwa periode keberadaan kita hanya sebatas pada usia hidup yang kita miliki. Hal itu terlalu sederhana. Kita hendaknya berinvestasi juga pada sesuatu yang akan sangat membantu kita guna mengais keuntungan terbaik darinya. 

Sah-sah saja menanam investasi konvensional seperti membeli properti, emas, saham, reksadana, dan lain sebagainya sebagai upaya kita untuk menyiapkan hari depan. Hanya saja kita juga tidak boleh lupa betapa ada satu hal penting yang juga memerlukan atensi kita bahkan jauh lebih besar dari itu. 

Oleh karenannya mengapa kebanyakan pakar investasi menyarankan untuk menyisihkan sebagian penghasilan yang kita miliki untuk amal, sedekah, atau berderma. Selain memiliki manfaat sosial yang besar, hal itu juga bernilai tinggi sebagai bagian dari "produk" investasi di kehidupan yang akan datang.

Perlu kita ketahui bahwa sebenarnya "peluang" investasi kita tidaklah sebatas melalui penyisihan sebagian harta kekayaan. Dalam konteks ini terdapat tiga hal penting yang bisa kita berdayakan sebagai sarana investasi jangka "maha" panjang. Sedekah atau berderma, keilmuan yang memberi manfaat bagi orang lain, dan putra-putri yang memiliki nilai ketaatan. 

Bahkan kalau bisa dibilang keberadaan sarana investasi ini akan meleburkan sekat perbedaan antara si kaya dan si miskin secara ekonomi agar bisa sama rata dan sama rasa guna mengais keuntungan yang sama baiknya. 

Berbeda sekali dengan kondisi yang ada sekarang dimana umumnya investasi hanya mampu dijangkau oleh sebagaian kalangan yang memiliki proporsi penghasilan mencukupi untuk menopang kehidupannya beberapa waktu ke depan. Sedangkan bagi mereka yang sekadar mencukupi kebutuhan harian saja susah maka akan kesulitan mengakses "eksklusivitas" itu.

Seorang yang bisa-biasa saja secara kemampuan ekonomi tetap mungkin untuk berinvestasi melalui dua sarana lainnya. Bisa menebar kemanfaatan kepada orang lain melalui pengetahuan dan skill yang dimilikinya merupakan salah satu jalan yang bisa ditempuh. 

Mengajarkan orang lain yang tidak bisa membaca menjadi bisa baca adalah contoh kecil. Mengajari ngaji anak-anak tetangga juga menjadi bagian dari penunaian investasi ini. 

Ada cukup banyak hal dengan nilai kemanfaatan tinggi melalui bekal keilmuan yang kita miliki, apapun itu, yang menjadikan kita tetap bisa menanam investasi "hari kemudian" biarpun kemampuan ekonomi kita terbatas.

Satu hal lagi yang terkadang dilewatkan oleh sebagian orang tentang pentingnya mendidik putra-putri disebuah keluarga. Memiliki anak-anak bagi pasangan orang tua tentu sebuah menjadi sesuatu yang berharga. Sehingga tidak mengherankan setiap orang tua berlomba-lomba menjadikan anak-anaknya sebagai yang terbaik melalui pendidikan terbaik agar kelak mereka bisa menikmati kehidupan yang jauh lebih baik dari para orang tuanya. 

Hanya saja patut diingat bahwa kepentingan orang tua terhadap anaknya tidaklah sebatas pada hal itu. Anak-anak kita adalah "aset" besar yang bisa membuat kita "untung" luar biasa atau sebaliknya. 

Dalam tata kehidupan sebuah keluarga, seorang ayah atau ibu bisa bangkrut ekonominya apabila sang anak tidak bertanggung jawab mempergunakan harga milik orang tuanya. Bahkan tidak jarang terjadi konflik antar saudara dalam satu keluarga untuk memperebutkan harta warisan orang tuanya seperti yang belakangan ini terjadi pada keluarga Sinar Mas.

Kondisi yang seperti ini pada hakikatnya sebenarnya adalah suatu kerugian, yaitu ketika sesama sudara saling "berperang" satu sama lain untuk sesuatu hal yang tidak sepatutnya diperlakukan seperti itu.

Anak-anak yang memiliki nilai ketaatan adalah mereka yang mampu saling menghargai satu sama lain, saling bekerja sama untuk memuliakan orang tuanya. Mereka yang bisa berlaku seperti itu memberikan cerminan bahwa aset investasi para orang tua membuahkan hasil yang sepatutnya. 

Bahkan setelah orang tua mereka mangkat pun sikap mereka dalam memuliakan tidak pernah berubah. Bagaimana caranya agar kita bisa memperoleh keberhasilan dalam investasi ini? Melalui pemberian pendidikan yang tepat kepada putra-putri kita.

Pendidikan yang kita tanamkan kepada putra dan putri kita sekilas mengharuskan kita untuk mengeluarkan sejumlah modal tertentu. Namun sejatinya kita sedang menanamkan investasi untuk suatu "produk" investasi dengan nilai pengembalian tak terbatas. 

Sebagaimana layaknya produk investasi, hal itupun harus serta merta kita perhatikan, kita tinjau, kita evaluasi, dan kita perhatikan. Jangan dibiarkan begitu saja tanpa melihat progresnya sama sekali. 

Kalau kita berlaku demikian terhadap produk investasi konvensional saja bisa berdampak pada kerugian investasi yang kita lakukan, maka dalam investasi "anak sholeh" inipun berlaku hal serupa. Setiap orang tua akan selalu memiliki peran penting bagi perjalanan anak-anaknya.

Sudah bersiapkah kita untuk "terjun" dalam investasi ini?

Salam hangat,

Agil S Habib 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun