Prinsip investasi adalah untuk menciptakan rasa aman secara ekonomi untuk kehidupan kita beberapa puluh tahun ke depan. Dengan harapan tatkala masa pensiun tiba maka seseorang tidak perlu khawatir akan mendapatkan income dari mana serta bagaimana cara mencukupi kebutuhan keluarga disaat tubuh sudah tak mampu lagi berbuat banyak layaknya sewaktu muda dulu.Â
Syukur-syukur kalau investasi tersebut tetap bisa dinikmati anak cucu kita kelak. Namun, apakah kita juga memikirkan bahwa investasi itu tidak melulu tentang kehidupan kita di dunia, melainkan juga kehidupan akhirat?Â
Paling tidak bagi mereka yang memiliki keyakinan akan adanya kehidupan selanjutnya pasca kehidupan yang sekarang. Uraian tentang hal ini mungkin sedikit melenceng dari pembicaraan mengenai produk-produk investasi pada umumnya, tapi justru investasi inilah yang paling sangat berperan menentukan hakikat eksistensi kita sepanjang hayat.
Jangan pernah mengira bahwa periode keberadaan kita hanya sebatas pada usia hidup yang kita miliki. Hal itu terlalu sederhana. Kita hendaknya berinvestasi juga pada sesuatu yang akan sangat membantu kita guna mengais keuntungan terbaik darinya.Â
Sah-sah saja menanam investasi konvensional seperti membeli properti, emas, saham, reksadana, dan lain sebagainya sebagai upaya kita untuk menyiapkan hari depan. Hanya saja kita juga tidak boleh lupa betapa ada satu hal penting yang juga memerlukan atensi kita bahkan jauh lebih besar dari itu.Â
Oleh karenannya mengapa kebanyakan pakar investasi menyarankan untuk menyisihkan sebagian penghasilan yang kita miliki untuk amal, sedekah, atau berderma. Selain memiliki manfaat sosial yang besar, hal itu juga bernilai tinggi sebagai bagian dari "produk" investasi di kehidupan yang akan datang.
Perlu kita ketahui bahwa sebenarnya "peluang" investasi kita tidaklah sebatas melalui penyisihan sebagian harta kekayaan. Dalam konteks ini terdapat tiga hal penting yang bisa kita berdayakan sebagai sarana investasi jangka "maha" panjang. Sedekah atau berderma, keilmuan yang memberi manfaat bagi orang lain, dan putra-putri yang memiliki nilai ketaatan.Â
Bahkan kalau bisa dibilang keberadaan sarana investasi ini akan meleburkan sekat perbedaan antara si kaya dan si miskin secara ekonomi agar bisa sama rata dan sama rasa guna mengais keuntungan yang sama baiknya.Â
Berbeda sekali dengan kondisi yang ada sekarang dimana umumnya investasi hanya mampu dijangkau oleh sebagaian kalangan yang memiliki proporsi penghasilan mencukupi untuk menopang kehidupannya beberapa waktu ke depan. Sedangkan bagi mereka yang sekadar mencukupi kebutuhan harian saja susah maka akan kesulitan mengakses "eksklusivitas" itu.
Seorang yang bisa-biasa saja secara kemampuan ekonomi tetap mungkin untuk berinvestasi melalui dua sarana lainnya. Bisa menebar kemanfaatan kepada orang lain melalui pengetahuan dan skill yang dimilikinya merupakan salah satu jalan yang bisa ditempuh.Â
Mengajarkan orang lain yang tidak bisa membaca menjadi bisa baca adalah contoh kecil. Mengajari ngaji anak-anak tetangga juga menjadi bagian dari penunaian investasi ini.Â