Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hari Satelit Palapa, Era Informasi, dan Mimpi Menjangkau Angkasa

9 Juli 2020   07:06 Diperbarui: 9 Juli 2020   07:18 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Satelit Indonesia | Sumber gambar: corpsnews.com

Namun setelah itu sepertinya langkah kita "mandek" atau cenderung stagnan. Tidak ada kemajuan yang berarti seperti misalnya kemampuan untuk membuat satelit sendiri hingga mengirimkan astronot asli orang Indonesia untuk menjelajah luar angkasa.

Negara-negara lain seperti China, Malaysia, dan India sudah berhasil melampaui kita. Lantas tidakkah kita merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan hal ini?

Momen peringatan Hari Satelit Palapa mungkin bisa menjadi pengingat bagi Indonesia atas beberapa hal yang sayogyanya mendapatkan perhatian besar dari kita semua, terutama para petinggi bangsa ini. 

Satelit Palapa dibangun atas dasar kesadaran pentingnya infrastruktur telekomunikasi bagi negara kepulauan seperti Indonesia ini. tanpa dukungan infrastruktur yang memadai maka pemerataan pembangunan hanya menjadi sebuah angan-angan belaka. 

Terlebih beberapa waktu lalu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencanangkan program jangka panjang terkait Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Kita harus sudah memikirkan hal ini lebih jauh lagi. 

Bagaimana nasib saudara-saudara kita yang tinggal di pelosok negeri terkait kemampuan mereka dalam mengakses informasi? Apakah mereka sama mudahnya dengan masyarakat di daerah kota besar dalam menikmati layanan telekomunikasi atau justru sebaliknya.

Tanpa dukungan infrastruktur teknologi informasi yang baik, maka kita akan semakin tertinggal oleh bangsa lain dalam mengembangkan peradaban negeri ini.

Kita mesti tahu bahwa salah satu tolok ukur negara besar adalah terkait kemampuannya dalam menjelajah angkasa luar. Dalam masa perang dingin yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet, kedua negara besar tersebut saling berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam penjelajahan luar angkasa. 

Pada awalnya Soviet berhasil mengirimkan kosmonotnya, Yuri Gagarin, untuk mengorbit bumi selama beberapa waktu. Kemudian AS "panas" dan akhirnya berhasil mengirimkan astronot seperti Neil Amstrong dan Edwin Aldrin untuk menginjakkan kaki mereka di bulan. 

Mereka terus berlomba untuk waktu yang cukup lama. Dan belakangan negeri tirai bambu China juga sudah menjadi kekuatan baru yang menjelajah angkasa luar. 

Kita patut bertanya, tidakkah Indonesia menginginkan pencapaian semacam itu? Atau merasa cukup dengan memiliki satelit yang dibuat dan diterbangkan oleh bangsa lain? Padahal otak orang Indonesia cukup mampu untuk mewujudkan mimpi besar itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun