Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

5 Tragedi Sepak Bola yang Bisa "Dibatalkan" Andai "New Normal" Berlaku Sejak Dulu

4 Juli 2020   10:14 Diperbarui: 4 Juli 2020   13:44 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepakbola merupakan salah satu olahraga sarat peristiwa bersejarah yang ikonik, mengharukan, bahkan penuh kontroversi. Sejak pertama kali olah raga ini dikenal luas oleh seluruh dunia, serangkaian peristiwa demi peristiwa selalu menghiasi perjalanan olah raga si kulit bundar. 

Bintang-bintang lapangan hijau silih berganti menyajikan hiburan kepada para penggemar melalui aksi-aksi diatas lapangan. Bukan sebatas aksi gocek menggocek bola, melainkan juga tindakan kontroversial sang pemain diatas lapangan. 

Sebagian besar pecinta bola pasti sudah tidak asing dengan gol tangan tuhan Diego Maradona ke gawang Tim Nasional (Timnas) Inggris pada Piala Dunia 1986. Namun tidak sedikit juga yang geleng-geleng kepala melihat aksi bengal tendangan kungfu Eric "The King" Cantona kepada salah seorang suporter Crystal Palace. 

Belum lagi peristiwa "penyusupan"  penonton ke dalam lapangan untuk menyapa bintang pujaan atau sekadar mengisengi pertandingan. Dalam banyak hal keberadaan suporter sepakbola didalam stadion dapat memberikan wanga berbeda dalam keberlangsungan suatu pertandingan. Kehadiran mereka membuat sepkbola terlihat lebih luar biasa.

Beberapa bulan terkahir ini dunia sepakbola harus menghadapi salah satu periode tersuram dalam sejarah perjalanannya. Setelah beberapa waktu kompetisi terjeda seiring pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia, kompetisi sepakbola dunia kembali dilanjutkan namun dengan konsekuensi tanpa kehadiran penonton didalam stadion. 

Pelajaran penting dipetik olahraga ini saat awal-awal pandemi ini mewabah dimana pertandingan Liga Champion antara Atalanta (Italia) versus Valencia (Spanyol) dilakukan.

Efek setelahnya diketahui banyak sekali suporter yang terinfeksi COVID-19. Seolah pertandingan tersebut menjadi semacam bom biologi yang memicu ledakan pandemi besar di kedua negara. Berhubungan atau tidak tapi kita semua tahun bahwa Italia dan Spanyol menjadi negara eropa dengan jumlah korban COVID-19 terbesar. 

Hal itu membuat para pihak penyelenggara kompetisi memutuskan untuk menggelar pertandingan-pertandingan lanjutan tanpa kehadiran penonton di stadion. Situasinya pasti akan sangat berbeda. 

Serasa menjalani hukuman pertandingan tanpa penonton saja. Tapi itulah "new normal" di sepak bola. Semua orang harus mulai terbiasa menghadapi kenyataan bahwa pertandingan-pertandingan si kulit bundar akan berkurang k-geregetannya.

Menilik jauh ke belakang dalam sejarah perjalanan olah raga paling populer di muka bumi ini, andaikan "new normal" di sepakbola sudah ada sejak dulu maka mungkin akan banyak sekali peristiwa-peristiwa bersejarah di sepakbola yang "batal" terjadi. Mungkin kita akan melihat olah raga ini berlangsung datar-datar saja dan minim kontroversi yang dikenang sepanjang zaman.

Peran keberadaan seporter memang satu hal yang tidak bisa terpisahkan dalam sejarah dunia sepakbola. Tanpa kehadiran mereka tentunya kepingan puzle sepakbola tidak akan pernah sempurna. Berikut ini adalah beberapa peristiwa ikonik dalam pertandingan sepakbola yang barangkali tidak akan pernah kita dengar pemberitaannya jikalau "new normal" sudah ada sejak dulu.

1. Tendangan Kungfu Cantona

Penggemar Manchester United (MU) pasti sudah tidak asing lagi dengan peristiwa ini. Ketika "sang raja" Old Trafford membuat sebuah kontroversi besar kala MU bertanding melawan kesebelasan Crystal Palace.
Dalam pertandingan tersebut Cantona baru saja mendapatkan kartu merah dari wasit akibat melakukan pelanggaran keras kepada pemain lawan. Tanpa basa-basi Cantona pun beejalan beranjak meninggalkan lapangan menuju ruang ganti. Tapi tanpa disangka sebuah ejekan yang membikin kuping panas terdengar oleh King Eric.
Ejekan tersebut dilontarkan oleh salah seorang suporter Crytal Palace bernama Simmons Mathew. Tanpa berfikir panjang Cantona pun berlari menuju Simmons, ia melompat dan mengeluarkan tendangan kungfu ala Wong Fei Hung seperti dalam film-film mandarin tempo dulu. Tendangan itu menyasar tubuh Simmons dengan kaki Cantona masih berbalut sepatu sepakbola. Sungguh luar biasa.

Akibat ulahnya tersebut Contona pun duganjar hukuman melakukan aksis sosial selama 120 jam. Beruntung dirinya tidak sampai harus masuk penjara. Akibat dari hal itu Cantona pun menjadi bulan-bulanan media Inggris dan sempat menolak untuk bermain kembali sebelum akhirnya berhasil diyakinkan oleh pelatihnya, Sir Alex Ferguson.

Aksi "viral" Cantona pada masanya itu mungkin tidak akan pernah terjadi apabila pertandingan dilangsungkan tanpa penonton. Tanpa adanya provokasi dari suporter lawan maka niatan King Eric tidak akan pernah muncul. Kalaupun ada, maka ia hanya akan menendang bangku kosong belaka.

2. Lemparan Kepala Babi Luis Figo

Pertandingan el clasico antara FC Barcelona versus Real Madrid selalu berlangsung panas dari waktu ke waktu. Persaingan kedua tim tidak hanya sebatas pada prestasi di atas lapangan, akan tetapi sudah menyangkut aspek ideologi dan politik. Tensi pertandingan berlangsung panas seolah kedua kesebelasan mememndam amarah yang teramat sangat.

Salah satu pertandingan panas itu terjadi pada musim 2002/2003, ketika kesebelasan Real Madrid bertandang ke Camp Nou. Madrid datang membawa pemain bintang mereka yang baru saja ditransfer dari sang rival, Luis Figo.
Setelah melalui drama transfer yang berbuntut kebencian mendalam dari para "cules" (sebutan untuk fans Barcelona), kini Figo harus kembali ke hadapan publik yang membesarkan namanya. Bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya.

Sambutan tak ramah harus diterima sang bintang. Dan puncaknya saat momen sang bintang hendak mengambil tendangan sudut. Bermacam-macam benda dilemparkan dari tribun penonotn ke hadapan Figo.
Uang, botol, hingga yang paling heboh kepala babi. Akibat hal itu Figo sampai tidak bisa mengambil tendangan sudut, dan pertandingan terpaksa ditunda sampai beberapa menit. Pertandingan itu dikenal sebagai salah satu pertandingan paling memalukan di dunia.

Mungkin Figo tidak akan mendapatkan perlakuan memalukan secama itu dari penggemar Barcelona andikan tribun Camp Nou kosong oleh kehadiran penonton.
Tensi pertandingan pun sepertinya tidak akan sepanas saat itu. Sayangnya kita sudah tidak bisa melihat el clasico lagi musim ini seiring Barcelona dan Madrid sudah menuntaskan pertemuan masing-masing di kompetisi liga domestik. Peluang ada di Liga Champion, tapi sepertinya hal itu cukup sulit untuk diwujudkan.

3. Tragedi Heysel

Juventus dan Liverpool adalah dua tim besar sepakbola dari dua negara yang berbeda. Italia dan Inggris. Keduanya merupakan raja di kompetisi masing-masing.
Dekade 80-an adalah salah satu periode emas kedua tim yang menguasai kompetisi lokal dan internasional itu. Dan pada tahun 1985 keduanya dipertemukan dalam partai final Piala Champion (sekarang Liga Champion) yang berlangsung di Stadion Heysel, Brussel, Belgia.
Pertandingan tersebut disaksikan setidaknya sekitar 60 ribu penonton yang menghadiri stadion. Termasuk didalamnya para suporter garis keras kedua kesebelasan.

Saling ejek antara tifosi Juventus dengan para Liverpudlian sudah terjadi sejak sebelum pertandingan berlangsung. Saat laga sudah dimulai, tensi suporter kedua kesebelasan semakin memanas.
Para pendukung Liverpool maju menyerang para suporter Juventus. Tersudut oleh serangan tersebut, para suporter Juventus mundur namun terhalang oleh tembok stadion. Nahas, tembok yang sudah termakan usia tersebut runtuh dan menimbulkan kepanikan masal.

Banyak suporter yang tertimpa reruntuhan tembok, ada yang terinjak-injak, dan diperkirakan sekitar 39 orang meninggal dunia. Italia paling bersedih karena 32 warganya harus merenggang nyawa dalam tragedi memilukan tersebut.
Peristiwa ini menjadi hal yang paling menyedihkan bagi tim asal Inggris yang mana saat itu Liverpool harus menelan pil pahit kekalahan dari Juventus, dan juga kesebelelasan asal Inggris lain dilarang tampil dalam kompetisi eropa selama beberapa tahun.

Jikalau saat itu kedua suporter tidak ada yang hadir di stadion, mungkin ceritanya akan berbeda. Mungkin Liverpool bisa jadi juaranya. Dan lebih mungkin lagi tidak perlu ada nyawa yang melayang akibat runtuhnya tembok stadion.

4. Tragedi Ibrox

Serupa dengan tragedi Heysel, tragedi Ibrox juga menjadi salah satu kisah pilu yang terjadi di dunia sepakbola. Sedikitnya 25 suporter tewas dan 500 orang lainnya mengalami luka-luka akibat terinjak-injak dan tertimpa tribun yang roboh. Gara-garanya adalah pertandingan rivalitas tinggi antara Glasgow Celtic melawan Glasgow Rangers.
Pertandingan keduanya menghadirkan tensi tinggi seperti halnya derbi Milan, ataupun el clasico Barcelona dan Real Madrid. Celtic dan Rangers terlibat persaingan penguasa kompetisi Liga Skotlandia yang silih berganti memenangi kejuaraan. Sehingga tidak mengherankan apabila kedua tim bertemu pasti akan diikuti fanasitsme tinggi para suporternya.

Pertandingan yang terjadi tahun 1902 silam itu awalnya berlangsung normal tanpa gangguan berarti. Pertandingan tensi tinggi yang wajar terjadi pada level persaingan semacam itu. Menjelang menin akhir, salah seorang pemain Celtic berhasil mencetak skor dan membuat mereka unggul 1- 0 atas Rangers.
Para pemain Rangers mulai tertunduk seolah kekalahan sudah berada didepan mata. Demikian juga para suporter Rangers yang berangsur meninggalkan stadion. Namun, beberapa saat kemudian nestapa itu terjadi.

Bermula dari keberhasilan Rangers mencetak gol penyeimbang yang menimbulkan sorak sorai pendukung Rangers yang masih tinggal didalam stadion. Mereka yang sudah berjalan meninggalkan stadion pun terpancing untuk kembali.
Berduyun-duyun suporter itu masuk menuju stadion. Sayangnya, mereka harus berhadapan dengan para suporter lain yang menuju arah sebaliknya. Desak-desakan pun tak terhindarkan. Sebagian suporter terinjak-injak. Dan akhirnya tribun bagian barat stadion roboh dan menimpa banyak suporter.
Hal ini menjadi salah satu derbi paling nahas yang terjadi di dunia sepakbola. Rangers dan Celtic mungkin tidak perlu memiliki sejarah kelam seperti itu apabila kebijakan "new normal" kehadiran penonton diberlakukan pada masa itu.

5. Lemparan Kembang Api Nelson Dida pada Derby Milan

Pertandingan derbi selalu menarik untuk disimak. Baik itu didalam ataupun diluar negeri. Apalagi derbi yang satu ini, "derby della madoonina". Derbi yang sarat gengsi, prestasi, da juga emosi.
AC Milan dan Inter Milan merupakan dua tim yang paling memiliki nama besar di Italia dan juga eropa. Sehingga saat keduanya bertemu maka bisa dipastikan akan banyak sekali cerita yang dihasilkan.

Salah satu cerita yang paling diingat adalah ketika kedua tim bertemu dalam partai perempat final Liga Champion tahun 2005. Dalam pertandingan leg pertama AC Milan berhasil unggul 2 -- 0 atas Inter Milan dan selangkah lagi melaju ke semifinal.
Leg kedua yang sama-sama dilangsungkan di Giuseppe Meazza langsung berlangsung panas. Tapi AC Milan berhasil unggul satu gol terlebih dahulu. Dan drama pun dimulai.

Estben Cambiasso sempat membuat gol penyama kedudukan namun dianulir oleh wasit secara kontroversial. Interisti yang hadir di stadion pun marah. Membuat stadion "menyala" dan tertutup oleh kabut pembakaran kembang api dimana-mana.
Kiper AC Milan, Nelson Dida, menjadi salah satu pemain yang paling apes waktu itu. Ia mendapatkan lemparan kembang api dari suporter di tribun stadion. Dida jatuh. Dan akhirnya pertandingan dihentikan total dengan pihak UEFA memberikan kemenangan 3 -- 0 bagi AC Milan.
Selanjutnya, Inter Milan juga mendapatkan sanksi dari UEFA bertanding tanpa penonton selama empat pertandingan eropa. Lebih ringan dari perkiraan hukuman dilarang bermain di kompetisi eropa seperti yang pernah dialami oleh tim Inggris dimasa lalu.

Sejarah kelam derbi Milan ini kemungkinan tidak akan pernah terjadi apabila waktu itu pertandingan tanpa penonton sudah diberlakukan seperti sekarang. Dan ceritanya pasti akan sangat berbeda.

Sepakbola akan selalu identik dengan suporter. Baik itu mereka yang garis keras ataupun suporter "biasa". Kehadiran mereka membawa cerita yang sangat berbeda dalam jalannya suatu pertandingan. Merekalah pemain kedua belas yang bisa memberi faktor X dalam cara bermain suatu kesebelasan. 

Energi mereka bisa sangat luar biasa. Luar biasa untuk membuat timnya tampil trengginas, pun luar biasa untuk menghadirkan cerita kontroversi dalam olah raga paling fenomenal ini.

Meskipun di satu sisi ketidakhadiran suporter bisa mencegah insiden buruk dalam olah raga ini, akan tetapi keberadaannya tetap memiliki sisi yang jauh lebih penting. 

Apalagi dari waktu ke waktu peraturan pendukung di sepakbola terus diperbarui dan disesuaikan dengan tuntutan zaman agar peristiwa nahas masa lalu bisa dicegah. Sehingga bagaimanapun juga para suporter tersebut diharapkan untuk tetap ada dan menyemarakkan pertandingan demi pertandingan sepakbola di masa ini. 

Semoga "new normal" ini hanya sementar terjadi dan kita bisa melihat pertandingan bola sebagaimana wajarnya.

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi :

[1]; [2]; [3]; [4]; [5]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun