Bagaimana seharusnya seorang guru membangun karakter hebat pada diri murid-muridnya adalah jauh lebih penting ketimbang pengetahuan atas informasi akademik yang harus diakui pada era digital ini bisa diperoleh dengan mudah di internet.Â
Kasarnya, tanpa keberadaan guru sekalipun murid-murid sekolah itu bisa mendapatkan dengan mudah informasi yang mereka butuhkan. Hanya saja memang peran guru jauh lebih besar daripada itu. Mereka berfungsi sebagai pengarah, pemberi petuah, nasihat, motivasi, dan keteladanan pada semua muridnya. "Warisan" terpenting seorang guru kepada muridnya adalah tentang bagaimana cara kita memandang kehidupan ini.
Bertahun-tahun lalu menjalani masa sekolah, mungkin hanya sedikit sekali materi pelajaran yang masih bisa saya ingat sampai saat ini. Namun karakter yang diajarkan bapak ibu guru, nasihat, cara pandangnya, dan keyakinannya memadang dunia masih melekat hingga saat ini. Hal itu yang mungkin perlu kita perhatikan dalam proses belajar generasi penerus di masa pandemi seperti sekarang.Â
Apakah selama masa belajar jarak jauh ini mereka masih tetap bisa mendapatkan pemahaman yang penuh kearifan dan kebijakan dari guru-gurunya? Atau proses belajar di rumah itu sudah berubah menjadi kegiatan normatif dan teknis semata.Â
Kalau peran guru sebatas memberikan instruksi kepada murid-muridnya, maka bisa dibilang hubungan guru dan murid sudah berubah layaknya seorang atasan dengan bawahannya. Hal semacam ini tentu tidak bisa dibiarkan terus berlanjut dalam sistem pendidikan kita. Peran guru harus dikembalikan pada "fitrah"-nya.
Akhir dari pandemi ini masih belum jelas, sehingga kegiatan belajar "berjauh-jauhan" ini entah akan berlanjut sampai kapan. Dalam durasi yang serba tidak pasti itu apakah kita akan membiarkan anak-anak kita berlalu begitu saja tanpa mendapatkan pengajaran karakter yang memadai?Â
Kita selaku orangtua atau kerabat dari para anak didik, guru-guru, dan pemerintah mestinya memikirkan hal ini dengan lebih mendalam. Saat ini digitalisasi mungkin sudah dianggap menjadi solusi pendidikan tanpa tatap muka secara langsung. Akan tetapi implementasinya masih belum menunjukkan keyakinan atas hal itu.Â
Perlu ada perombakan sistem pendidikan dalam situasi dan kondisi seperti sekarang. Tanpa itu semua, apa yang bisa diharapkan dari guru yang hanya  "di rumah saja"?
Salam hangat,
Agil S HabibÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H