Beberapa waktu terakhir ini berbagai media cetak maupun elektronik, termasuk juga di dalamnya media sosial (medsos), ramai membicarakan perihal luapan kekecewaan dan kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada segenap jajaran tim kabinetnya.Â
Para menteri dinilai kurang memiliki rasa dan kepekaan terhadap situasi pandemi. Setiap sasaran yang sudah dirancang dikatakan oleh beliau masih belum menunjukkan progres berarti. Termasuk belanja anggaran kementerian yang masih jauh dari harapan.Â
Satu per satu masalah itu "dikuliti" yang menunjukkan betapa marahnya beliau kepada para "pembantu"-nya. Salah satu kementerian yang mendapatkan sorotan langsung presiden adalah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dinilai masih jauh membelanjakan anggarannya, sehingga menjadi penghambat aliran uang yang semestinya bisa menggairahkan ekonomi masyrakat secara luas.Â
Bagaimanapun juga Kemenkes memang memegang peranan penting saat ini terutama mengingat pandemi COVID-19 yang memang menjadi masalah besar bagi dunia kesehatan di tanah air.
Amarah presiden ditumpahkannya di hadapan publik yang menyiarkan rapat kabinet antara presiden dengan jajarannya. Bahkan presiden sudah mengeluarkan ultimatum bahwa akan ada perubahan besar di tubuh pemerintahannya demi memastikan semuanya bisa bergerak cepat. Salah satunya yaitu melakukan reshuffle beberapa anggota kabinet.Â
Apa yang dikatakan oleh presiden tersebut memang cukup merepresentasikan kekecewaan publik terhadap kinerja pemerintah secara keseluruhan. Terutama terkait penanganan pandemi COVID-19 berikut dampak penyertanya.Â
Namun hal itu sebenarnya juga menjadi teguran tersendiri bagi diri presiden secara pribadi mengingat beliau adalah komandan dari seluruh pejabat di kementerian serta segenap tim pemerintahan.Â
Apabila ada yang tidak beres terhadap kinerja para menteri maka hal itu secara tidak langsung juga menunjukkan ketidakberesan kinerja presiden. Karena sebagaimana yang sudah ditegaskan oleh Presiden Jokowi beberapa saat setelah mengumumkan komposisi tim Kabinet Indonesia Maju, dinyatakan oleh beliau bahwa tidak ada visi misi menteri. Yang ada hanyalah visi misi presiden dan wakil presiden.Â
Dengan kata lain seluruh pos kementerian bertugas mengimplementasikan setiap tugas dan tanggung jawab untuk memenuhi visi misi milik presiden berikut wakilnya. Apabila kinerja kementerian dinilai belum maksimal, maka sudah menjadi ranah presiden untuk melakukan langkah penyesuaian.
Yang patut diperhatikan publik adalah jangan sampai kemarahan presiden itu hanya terkesan sebagai sebuah sandiwara belaka. Memarahi tim kabinet dan dipertontonkan ke hadapan publik supaya mengesankan bahwa presiden memiliki empati dan simpati terhadap kondisi negara saat ini.Â
Segenap jajaran tim kabinet bisa saja menjadi bemper presiden untuk berkilah atas ketidakmampuan dirinya mengatasi situasi sulit yang tengah melanda. Ketimbang mengeluarkan unek-unek kekecewaan untuk diketahui publik, alangkah baiknya memang apabila hal itu disimpan rapat di dalam ruangan istana. Rakyat cukup tahu beres masalah.Â