Kini mereka berhasil menjadi tim Inggris yang berhasil mengoleksi juara Liga Champion Eropa terbanyak, serta berhasil  memutus rekor buruk gagal juara liga setelah 30 tahun lamanya.Â
Kebersamaan the reds adalah pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia yang memiliki satu unsur serupa dalam warna merah bendera kita. Meski Liverpoll FC dari tahun ke tahun banyak melakukan pergantian personil, komposisi tim, pengurus klub, bahkan suporter lintas generasi. Semangat kebersamaan masih terus mereka junjung tinggi dalam balutan "You'll Never Walk Alone" itu tadi.Â
Semua pihak di Liverpool FC sepakat akan hal itu sehingga mereka pun menunai sukses besar karenanya. Demikian juga dengan kita bangsa Indonesia.Â
Berganti-ganti presiden, menteri, anggota dewan, bahkan generasi yang terus berganti seharusnya tetap mengusung semangat yang sama dalam memajukan negeri tercinta ini.Â
Presiden tidak akan pernah bisa memajukan negeri ini seorang diri. Demikian juga para menterinya, pejabat tingginya, dan setiap dari kita pun akan menemukan "batu karang" serupa apabila mencoba melakukannya sendirian.Â
Kita butuh bersama-sama. Jangan membiarkan negeri ini berjalan seorang diri. Semua mesti selaras dalam mencapai tujuan besar bangsa Indonesia.
Sayangnya, kita lebih banyak diributkan oleh konflik internal. Perseteruan demi perseteruan terus menghantui dari waktu ke waktu membuat kita menjadi kurang produktif.Â
Energi kita tersita untuk berkonflik dengan saudara sebangsa. Sudah pasti hal itu tidak akan memberikan dampak baik terhadap kemajuan bangsa dan negara.Â
Liverpool FC bisa bersatu dan membalikkan keadaan tertinggal dari AC Milan di final Liga Champion tahun 2005, serta membalas kekalahan atas FC Barcelona tahun lalu di semifinal Liga Champion sebelum akhirnya memenangi kompetisi serupa.
Sejarah kejayaan dan membalik situasi yang awalnya terpuruk menjadi sebuah kemenangan besar selalu diawali dengan keyakinan bahwa kita bisa melakukannya sembari diiringi semangat kebersamaan yang kuat.Â
Hanya saja semangat "You'll Never Walk Alone" itu sejauh ini masih diadopsi oleh para koruptor dengan aksi korupsi berjamaahnya. Satu koruptor tertanggap, beberapa koruptor lain turut terjerat. Miris.Â