Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tinjauan "Risks - Opportunities" Penghapusan Premium dan Pertalite

22 Juni 2020   07:18 Diperbarui: 22 Juni 2020   07:51 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada dua sisi yang mesti diperhatikan dalam rencana penghapusan BBM oktan rendah ini. Sisi peluang memang cukup menggiurkan dalam beberapa hal. Akan tetapi risiko di sisi lain juga tidak boleh diabaikan begitu saja. Risiko yang rentan terjadi mesti bisa diantisipasi sehingga sebisa mungkin tereduksi bahkan dihilangkan samasekali.

Efek Maslow 

Dalam teori piramida Maslow, setiap orang cenderung mengutamakan beberapa kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan. Ketika alasan perlindungan terhadap lingkungan yang digulirkan sebagai dasar kebijakan penghapusan Premium dan Pertalite, hal itu mungkin saja tidak akan diterima begitu saja oleh masyarakat pada umumnya. Karena bisa jadi bagi mereka ini yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan secara terjangkau. Urusan lingkungan adalah perkara nomor 27.

Dalam hal inilah para pemangku kebijakan dituntut untuk berfikir visioner. Setiap peluang perbaikan yang dihasilkan dari penghapusan BBM oktan rendah harus bisa mengompensasi seluruh risiko yang timbul. Penghapusan Premium atau Pertalite apabila bisa membuat Pertamina jauh lebih efisien sehingga membuat negara tidak perlu lagi mengeluarkan subsidi atau lebih baik lagi harga jual BBM Pertamax bisa lebih murah dari yang ada sekarang, maka mungkin saja hal itu mampu memperbaiki kualitas hidup masyarakat kita. 

Ketika kemamuran mereka meningkat, maka rasa keberatan kehilangan BBM oktan rendah akan sirna dengan sendirinya. Kalau harus memilih, seseorang tentu saja akan memilih yang terbaik untuk dirinya. Termasuk BBM, seandainya kondisi ekonomi sudah tercukupi, seandainya fokus piramida Maslow tidak lagi pada deretan dasar, maka tidak menjadi masalah apabila BBM oktan rendah itu dihilangkan dan berganti dengan BBM oktan tinggi meskipun harganya jauh lebih mahal.

Setiap pemangku kebijakan semestinya lebih tahu diri dengan segala keputusannya. Jangan berfikir satu arah saja, tapi pikirkan segala arah. Dengan angka kemiskinan yang masih tinggi, ditambah lagi angkanya yang terus membesar akibat COVID-19, maka kebijakan menghapus BBM oktan rendah dalam waktu dekat seharusnya ditinjau ulang terlebih dahulu sampai saatnya benar-benar tepat.

Hitung-hitungan pelaksanannya sebaiknya dilakukan secara runut dan sistematis berdasarkan paramater-parameter terukur dan bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya dengan melakukan secara berkala penghapusan Premium dan Pertalite. Premium terlebih dulu dihapus mulai dari beberapa wilayah tertentu yang status ekonominya sudah cukup baik. Minimal di suatu daerah yang tidak mengkhawatirkan lagi situasi sandang, pangan, dan papan mereka. 

Kebijakan itu terus berlanjut ke beberapa derah lain selaras dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di masing-masing daerah. Semakin membaik perekonomian masyarakat maka penghapusan Pertalite bisa mulai diberlakukan. Juga secara bertahap selaras dengan perbaikan ekonomi warga. Bagaimanapun publik harus disiapkan kondisinya agar bisa menerima kebijakan ini dengan lapang dada. Jangan memaksakan situasi dimana masyarakat belum siap tapi dipaksa menggunakan BBM berharga tinggi. Itu namanya tidak adil.

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun