Presenter kondang yang memiliki jutaan subscriber youtube, Deddy Corbuzier, belakangan ini ramai dibicarakan publik. Terutama pasca prosesi wawancara yang ia lakukan kepada mantan Menteri Kesehatan (Menkes) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Siti Fadilah Supari. Yang belakangan ramai dibicarakan justru bukan terkait konten pembicaraan dalam wawancara tersebut, melainkan terkait status perizinan yang mengiringinya.Â
Deddy disebut-sebut telah melanggar beberapa aturan hukum yang menyangkut "tata krama" melakukan wawancara kepada seorang narapidana. Direktorat Jenderal Pemasyrakatan (Ditjen PAS) sontak meradang dengan apa yang dilakukan oleh eks mentalis ini yang "nyelonong" saja dalam melaksanakan wawancara kepada seorang napi tindak pidana korupsi.
Nama Siti Fadilah Supari selama beberapa waktu terakhir memang terlihat "berkibar" usai beberapa pihak mengumandangkan namanya agar segera dibebaskan dari penjara sehingga mampu membantu mengatasi pandemi COVID-19 yang berkepanjangan ini. Siti Fadilah dianggap sebagai figur alternatif yang memiliki kapasitas mumpuni untuk menanggulangi pandemi ini seiring pengalaman masa lalunya saat menjabat sebagai menteri dan berhasil menuntaskan wabah flu burung hingga flu babi di Indonesia.Â
Tapi prestasinya itu tidak cukup untuk menahannya dari tuduhuhan korupsi alat kesehatan sehingga membuatnya mendekam dalam tahanan hingga sekarang. Namanya yang sempat berkibar perlahan-lahan menghilang dari peredaran hingga sebagian orang mungkin tidak mengenal siapa sosok Siti Fadilah Supari.
Namun, pandemi COVID-19 seolah memberinya ruang untuk kembali. Namanya berkibar. Publik pun dibuatnya penasaran terkait sehebat apa sosok ini sehingga mampu meredam amukan wabah "pendahulu" COVID-19. Ia berani menantang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lantang menyuarakan agar dunia menolak vaksin hasil buatan Bill Gates dan kawanannya. Menurutnya, keberadaannya didalam rumah tahanan tak lebih dari sebuah konspirasi yang menjerat dan mengalahkannya sehingga menjadi pesakitan seperti sekarang.
Saat sosok populis dan selebran macam Deddy Corbuzier berkenan "meluangkan waktu" untuk mendengarkan curhatannya, hal itu seperti menjadi momen emas untuk bersuara lantang kepada khalayak. Siti Fadilah menuangkan banyak informasi penting terkait dirinya dan kemungkinan adanya "permainan" dibalik pandemi COVID-19.Â
Tidak main-main sekelompok orang yang terlibat dibalik "tipu muslihat" ini karena sudah membawa serta kelompok elit dunia. Tapi sayangnya, topik pembicaraan mengenai konten sensitif hasil wawancana Deddy Corbuzier dan Siti Fadilah Supari belum terlalu banyak dikuak, didiskusikan, atau dikaji lebih lanjut tingkat keakuratannya. Justru yang lebih menarik adalah perihal perizinan dimana prosesi wawancana itu dilakukan. Mungkin hanya segelintir orang pemerhati teori konspirasi saja yang tertarik mendalami isi wawancana tersebut.
Yang menarik untuk ditanyakan sekarang adalah mengapa seseorang seperti Deddy Corbuzier sampai berani-beraninya menyerobot aturan hukum demi melakukan wawancana kepada seorang narapidana lanjut usia? Apakah itu semua semata demi konten laris yang bisa menyerap banyak viewers? Atau karena rasa iba untuk mendengarkan keluh kesah seseorang yang sempat berjasa menuntaskan wabah dalam masa tugasnya?Â
Atau karena ada sesuatu yang lain yang urgensinya jauh lebih besar dan memang layak diperjuangkan dengan aksi "main belakang"? Kita hanya bisa menerka-nerka perihal semua kemungkinan itu. Tapi yang patut dicatat, jumlah orang yang menyakisakan video wawancana antara kedua sosok ini sudah mencapai jutaan viewers.Â
Itu artinya publik memang menaruh minat terhadap konten tersebut. Entah karena narasumbernya yang menarik, karena Deddy-nya, karena isi pembicaraan dalam wawancara, atau karena hal lain. Siti Fadilah mungkin saja "memanfaatkan" kanal youtube Deddy Corbuzier untuk menuangkan uneg-unegnya atau bisa jadi itulah corong untuk melontarkan kebenaran yang sesungguhnya. Publik mungkin belum bisa menyimpulkan mana yang benar dan mana yang salah terkait hal ini.
Bagaimanapun juga apabila ada nilai kebenaran dibalik wawancara ini, maka hendaknya hal itu dijadikan sebagai rujukan untuk memperbaiki situasi yang saat ini sedang atau sudah salah. Tapi terlepas benar atau tidaknya isi pembicaraan tersebut, seharusnya memang semua aturan bisa diikuti dengan sebagaimana mestinya. Apakah ini berarti Deddy Corbuzier salah dengan tindakannya? Biar waktu yang menjawab.
Salam hangat,
Agil S HabibÂ
Refferensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H