Promosinya tidak banjir, tapi kenyataannya banjir. Beberapa kali kantor pemasaran milik developer digeruduk warga untuk meminta penyelesaian masalah ini. Bahkan kepala desa pun sempat diajak serta berdiskusi untuk menuntaskan masalah ini.Â
Sangat tidak lucu setiap kali hujan turun hal itu justru memantik kecemasan akan musibah banjir kembali melanda.
 Sesuatu yang sebelum-sebelumnya justru hujan itu sangat dinantikan kehadirannya. Menilik kondisi ini saya mencoba melihat situasi di tahun sebelumnya. Nihil banjir. Lentas mengapa situasinya begitu berbeda sekarang? Kecurigaan saya alamatkan pada banjir kiriman yang kemungkinan porsinya ditambah.Â
Distribusi air yang semestinya sebagian dialirkan pada sungai-sungai lain ditimpakan menjadi satu ke sungai yang mengalir dekat rumah tempat tinggal saya serta beberapa sungai "pinggiran" lain.Â
Apakah mereka yang memiliki kewenangan untuk mendistribusikan air dari hulu itu sengaja melakukan yang demikian?
Apakah karena Jakarta yang terkenal sering banjir itu "enggan" menerima "pasokan" air dari wilayah bogor dalam jumlah yang biasanya?Â
Apakah karena kami yang berada di pinggiran ini dianggap minim sorotan sehingga biarpun banjir pemberitaan media masa akan jauh lebih kecil ketimbang hal itu terjadi di daerah ramai seperti Jakarta?
"Mengorbankan" sebagian kecil komunitas dan membela mayoritas adalah bagian dari tirani. Tirani mayoritas. Kami yang tinggal di daerah pinggiran lantas dijadikan sasaran pengalihan atas sesuatu yang kami sendiri tidak tahun asal muasalnya. Tiba-tiba banjir. Tiba-tiba "dihadiahi air dalam jumlah yang melimpah.Â
Kami memang berada di daerah pinggiran kota besar, dan mungkin kami akan seringkali luput dari sorotan media masa. Akan tetapi kami juga manusia yang juga memiliki hak untuk dihargai dan dilindungi.Â
Jakarta sudah sering menjadi "penadah" air dari kawasan Bogor. Dan sepertinya tahun ini kami di pinggiran Kota Tangerang merasakan hal serupa. Apakah pada waktu-waktu mendatang kondisi serupa akan terus terulang?
Saya ingin mengetuk pikiran para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan aliran sungai mulai dari hulu hingga hilir. Jangan Cuma memikirkan mereka yang berada dan tinggal di wilayah yang menjadi sorotan.Â