Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banjir Kiriman, Warga Pinggiran yang Dipinggirkan atau Dikorbankan?

20 Mei 2020   07:06 Diperbarui: 14 Juni 2021   14:55 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir akibat hujan deras semata atau karena efek kebijakan? | Sumber gambar : suarabantennews.com

Promosinya tidak banjir, tapi kenyataannya banjir. Beberapa kali kantor pemasaran milik developer digeruduk warga untuk meminta penyelesaian masalah ini. Bahkan kepala desa pun sempat diajak serta berdiskusi untuk menuntaskan masalah ini. 

Sangat tidak lucu setiap kali hujan turun hal itu justru memantik kecemasan akan musibah banjir kembali melanda.

 Sesuatu yang sebelum-sebelumnya justru hujan itu sangat dinantikan kehadirannya. Menilik kondisi ini saya mencoba melihat situasi di tahun sebelumnya. Nihil banjir. Lentas mengapa situasinya begitu berbeda sekarang? Kecurigaan saya alamatkan pada banjir kiriman yang kemungkinan porsinya ditambah. 

Distribusi air yang semestinya sebagian dialirkan pada sungai-sungai lain ditimpakan menjadi satu ke sungai yang mengalir dekat rumah tempat tinggal saya serta beberapa sungai "pinggiran" lain. 

Apakah mereka yang memiliki kewenangan untuk mendistribusikan air dari hulu itu sengaja melakukan yang demikian?

Apakah karena Jakarta yang terkenal sering banjir itu "enggan" menerima "pasokan" air dari wilayah bogor dalam jumlah yang biasanya? 

Apakah karena kami yang berada di pinggiran ini dianggap minim sorotan sehingga biarpun banjir pemberitaan media masa akan jauh lebih kecil ketimbang hal itu terjadi di daerah ramai seperti Jakarta?

"Mengorbankan" sebagian kecil komunitas dan membela mayoritas adalah bagian dari tirani. Tirani mayoritas. Kami yang tinggal di daerah pinggiran lantas dijadikan sasaran pengalihan atas sesuatu yang kami sendiri tidak tahun asal muasalnya. Tiba-tiba banjir. Tiba-tiba "dihadiahi air dalam jumlah yang melimpah. 

Kami memang berada di daerah pinggiran kota besar, dan mungkin kami akan seringkali luput dari sorotan media masa. Akan tetapi kami juga manusia yang juga memiliki hak untuk dihargai dan dilindungi. 

Jakarta sudah sering menjadi "penadah" air dari kawasan Bogor. Dan sepertinya tahun ini kami di pinggiran Kota Tangerang merasakan hal serupa. Apakah pada waktu-waktu mendatang kondisi serupa akan terus terulang?

Saya ingin mengetuk pikiran para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan aliran sungai mulai dari hulu hingga hilir. Jangan Cuma memikirkan mereka yang berada dan tinggal di wilayah yang menjadi sorotan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun