Menurut pernyataan Dewan Negara-Negara Produsen Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries) atau CPOPC, minyak sawit merupakan minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Sedangkan menurut Profesor Sri Raharjo, Guru Besar Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM, minyak sawit mengandung asam palmitat yang justru berperan penting untuk melindungi kesehatan paru-paru serta meningkatkan kekebalan tubuh. Menurut penelitian, kandungan asam palmitat pada minyak sawit mencapai 40-45%.
Berdasarkan informasi tersebut maka pernyataan WHO yang menjadikan minyak sawit sebagai salah satu makanan yang perlu dihindari selama pandemi COVID-19 sangat patut dipertanyakan. Apalagi seperti yang kita ketahui, COVID-19 memiliki kecenderungan menyerang sistem pernafasan manusia.
Mengapa nutrisi yang berperan terhadap perlindungan paru-paru justru direkomendasikan sebaliknya oleh WHO? Apakah ini karena ketidaktahuan mereka akan kandungan minyak sawit atau karena didukung oleh agenda lain? Tapi untuk sebuah organisasi kesehatan sebesar WHO, bukankah "aneh" tatkala mereka tidak menyadari informasi sepenting itu terkait minyak sawit?
Salam hangat,
Agil S HabibÂ
Refferensi :