Satu per satu efek yang ditimbulkan oleh virus corona COVID-19 perlahan semakin terkuak. Jikalau selama ini yang kita tahu COVID-19 cenderung menyerang sistem pernafasan, informasi terbaru yang dikemukakan oleh dokter di Kota New York, Amerika Serikat (AS), baru-baru ini menyatakan bahwan virus tersebut juga memicu penyakit stroke bagi pada kelompok pasien muda.Â
Sebagaimana ditulis oleh laman usatoday.com, dilaporkan ada sekitar 5 orang pasien COVID-19 berusia kurang dari 50 tahun yang menderita stroke. Kelima pasien tersebut dikatakan mengalami gejala ringan atau bahkan tidak terlihat tanda-tanda samasekali bahwa mereka terinfeksi COVID-19. Sontak hal ini pun memantik kekhawatiran baru para pakar kesehatan terkait efek yang ditimbulkan oleh serangan COVID-19 ke manusia.
Dari kelima pasien positif COVID-19 tersebut, hanya satu saja yang memiliki riwayat penyakit stroke. Sedangkan empat lainnya tidak. Padahal data riwayat medis menyebutkan bahwa rata-rata pengidap stroke di AS khususnya New York adalah mereka yang berusia lanjut serta memiliki masalah pada tekanan darah tinggi hingga kolesterol, seperti yang dipaparkan oleh Direktur Pusat Serebrovaskular di Klinik Cleveland, Dr. Shazam Hussain dalam laman USATODAY. Dan dalam kasus pasien terinfeksi COVID-19 yang mengidap stroke ini, mereka cenderung lebih muda sekitar 15 tahun dari rata-rata pasien stroke pada umumnya.
Laporan terkait pasien terinfeksi COVID-19 yang menderita stroke sebenarnya sudah disampaikan oleh the New England Journal of Medicine (NEJM) beberapa waktu sebelumnya. Di Wuhan, China, di mana virus ini ditengarai bermula sudah terlebih dahulu melaporkan sekitar 5% pasien COVID-19 mengalami stroke. Bedanya, pasien termuda disana yang mengalami kondisi ini adalah 55 tahun.
Sebagai informasi, stroke terjadi karena pasokan darah ke otak terganggu. Akibatnya pasokan oksigen ke otak terhambat hingga akhirnya menyebabkan banyak sel otak mati. Para pakar medis AS seperti Dr. Shazam Hussain dan Dr. J Mocco (Diretur Pusat Serebrovaskular di Mount Sinai) meyakini bahwa COVID-19 menyebabkan terjadinya penggumpalan darah yang akhirnya menghalangi atau mempersempit pembuluh darah sehingga menyebabkan stroke. Selama ini kita mengetahui bahwa COVID-19 "hanya" menyerang sistem pernafasan saja. Akan tetapi hasil publikasi para pakar ini menyatakan bahwa COVID-19 mampu berbuat lebih dari itu.
Sebuah studi lain mengatakan bahwa ada sekitar sepertiga orang yang mendapatkan perawatan terkait pneumonia COVID-19 mengalami koplikasi trombotik atau pembekuan darah. Hal ini menurut para pakar tadi mengindikasikan kemungkinan bahwa COVID-19 tidak hanya menginfeksi sel-sel yang terdapat pada sistem pernafasan saja, melainkan juga masuk ke bagian sistem tubuh lainnya.Â
Oleh karena itu penting sekali untuk mengenali tanda-tanda lain gejala terinfeksi COVID-19 sehingga penanggulangan bisa dilakukan sesegera mungkin. Bukan sebatas suhu tubuh tinggi, batuk-batuk, atau pilek, yang selama ini seringkali menjadi perhatian terkait kemungkinan seseorang terinfeksi COVID-19 atau tidak.Â
Seseorang yang mengalami gejala stroke juga berpotensi mengidap COVID-19 didalam tubuhnya. Sehingga penting kiranya bagi kita untuk tahu gejala-gejala seseorang mengalami stroke seperti kesulitan berbicara atau memahami perkataan orang lain; kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, dan kaki; masalah penglihatan pada salah satu atau kedua indera penglihatan; sakit kepala parah yang disertai pusing dan muntah-muntah; dan kesulitan berjalan. Orang-orang yang mengalami gejala tersebut disarankan agar segera ke dokter untuk memeriksakan kondisinya. Lebih cepat ditangani lebih baik.
Kita semua tentu tidak ingin diri kita sendiri atau orang-orang terdekat kita menjadi salah satu korban keganasan COVID-19. Akan tetapi sangat perlu bagi kita mengetahui informasi perihal apa-apa saja yang menjadi tanda-tanda seseorang terinfeksi COVID-19 selain daripada apa yang kita ketahui selama ini. Jangan sampai kita salah terka bahwa seseorang yang mengalami gejala stroke tersebut samasekali tidak ada hubungannya dengan COVID-19. Dugaan yang salah hanya akan membuat kita salah dalam mengambil tindakan.
Seperti kata orang bijak, mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Sehingga mengikuti anjuran pemerintah seperti social distancing, mencuci tangan, mengenakan masker, dan lain sebagainya perlu untuk terus digalakkan. Bagaimanapun kita sedang menghadapi sebuah makhluk yang kita masih cukup awam untuk mengetahui karakternya.Â
Terbukti, COVID-19 ternyata tidak sebatas menginfeksi sistem pernafasan saja tetapi juga bisa merusak bagian tubuh lainnya. Waspada perlu, berhati-hati wajib, tapi jangan terlalu parno dan panik akut sehingga membuat kita lupa bahwa imunitas tubuh sebenarnya melemah tatkala kita merasakan ketakutan yang berlebih.Â