Asal muasal virus corona COVID-19 sampai saat ini masih menajdi misteri. Ada yang mengatakan berasal dari hewan liar di Pasar Wuhan, tetapi ada juga yang menerka bahwa virus tersebut merupakan hasil rekayasa laboratorium yang sengaja ditebarkan sebagai bagian dari konspirasi. Entah konspirasi semacam apa.Â
Ada cukup banyak kemungkinan dari teori konspirasi ini. Mulai dari bagian perang dagang Amerika Serikat (AS) -- China, hingga rencana sejumlah elit yang berkepentingan untuk menguasai dunia.Â
Semua masih menjadi perdebatan dan merupakan sesuatu yang hangat untuk dibicarakan hingga saat ini. Tetapi apapun itu, merupakan bagian dari konspirasi atau bukan, COVID-19 sekarang sudah terjadi. Ia sudah menyebar luas ke seluruh dunia dan menjadi pandemi yang menyengsarakan banyak orang.Â
Menelan korban jiwa dalam jumlah yang luar biasa. Jikalau COVID-19 adalah bagian dari konspirasi hitam sejumlah pihak, lalu apa? Kita hanya sekadar menjadi penerima efek dari hal itu.Â
Satu yang pasti, semua ini terjadi atas kehendak Sang Pencipta. Karena tidak ada satu peristiwa pun yang terlepas dari rencana-Nya. Hal ini merupakan bagian dari sejarah perjalanan manusia dalam menjalani kehidupan sebagai seorang hamba.
Kita menyebut pandemi ini sebagai musibah, bencana, ujian, atau yang sejenis dengannya. Seringkali doa yang kita panjatkan adalah agar Sang Pencipta menarik kembali wabah ini sehingga segera selesai.Â
Padahal kalau kita membandingkan sebuah ujian kenaikan kelas di sekolah, saat sebuah ujian diberikan dan menurut anggapan siswanya ternyata soal tersebut sulit, maka apakah lantas ujian harus dibatalkan sehingga para siswa lulus?Â
Logikanya adalah siswa dididik untuk menjadi lebih cerdas, lebih berwawasan, dan lebih kreatif untuk menuntaskan semua soal yang diberikan. Sehingga semua soal ujian bisa terjawab dengan baik atau paling tidak memperoleh hasil yang memuaskan.Â
Bukan malah meminta untuk dibatalkan. Begitupun dengan kehidupan yang kita jalani ini. Yang kita yakini sebagian diantaranya merupakan ujian. Ujian yang kelak menjadikan diri kita sebagai pribadi yang lebih kuat.
Sebuah kalimat bijak menyatakan bahwa jangan berdoa meminta Tuhan untuk meringankan beban di pundak kita, tetapi mintalah agar Tuhan menguatkan pundak kita itu sehingga kuat untuk mengangkat beban berat tadi.Â
Kita lihat dari sisi dimana kita berada pada posisi yang aktif untuk bersikap dan bertindak. Meskipun benar bahwa semuanya adalah kehendak-Nya, saya kira meminta agar kita diberi cukup kekuatan untuk melewati ujian ini dengan baik adalah cara terbaik untuk berharap.Â
Semua kejadian dan peristiwa pasti memiliki hikmah dan juga pelajaran. Pandemi ini mungkin mengajari kita untuk memiliki keyakinan terhadap-Nya dan senantiasa memiliki keyakinan bahwa kita bisa memberikan dedikasi terbaik untuk mengubah situasi. Sesungguhnya tidak akan berubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu berupaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
Kita punya kreativitas dan kecerdasan untuk menemukan vaksin antivirus, untuk membuat kebijakan penanggulangan, untuk mentaati aturan, untuk menjaga kesehatan pribadi, untuk merumuskan solusi selama pandemim dan lain sebagainya.Â
Intinya kita dibekali kekuatan oleh Sang Pencipta untuk berupaya dan berusaha menanggulangi semua persoalan. Menyangka ini semua adalah bagian dari konspirasi adalah sah-sah saja, tapi jangan sampai hal itu membuat kita lantas pasrah dan menyerah terhadap keadaan. Kita bisa melalui pandemi ini dengan selamat, dengan sehat, dan dengan sebuah senyum kemenangan.
Salam hangat,
Agil S HabibÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H