Barangkali masalah petani "hanya" sebatas pada penghargaan akan nilai produknya. Bukan rahasia lagi kalau hasil panen para petani cenderung dinikmati oleh tengkulak ketimbang petani itu sendiri. Keuntungan terbesar sektor ini justru dinikmati oleh mereka yang sekadar menjadi perantara antara petani dengan pengguna akhir (end user). Faktor inilah yang salah satunya membuat pertanian kita semakin ditinggalkan.
Di sisi lain, kelangkaan bahan pangan juga rawan terjadi khususnya di kota-kota besar yang memberlakukan karantina wilayah. Harga bahan kebutuhan pokok rawan mengalami lonjakan drastis. Padahal sumber penghasilan sendiri sudah lebih dulu mengalami gejolak. Oleh karena itu banyak kalangan yang menyarankan agar orang-orang yang hidup di kota besar untuk bisa melakukan budidaya mandiri sebagian bahan kebutuhan rumah tangga seperti cabai, sayuran, dan sejenisnya.Â
Melakukan budidaya skala kecil yang sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan untuk keperluan keluarga tanpa harus membeli di pasar. Hal ini sekaligus merupakan ajakan bagi kita untuk back to basic. Kembali menjadi petani. Kembali agraris. Seandainya budidaya mandiri itu berhasil dilakukan dengan skala yang semakin besar, maka bukan tidak mungkin hal itu akan menjadi lahan bisnis yang menggiurkan untuk dijalani.
Bagaimanapun juga, kita telah memasuki periode krisis yang akan sangat mengganggu perekonomian kita. Kita tidak bisa menuntut banyak hal ke pihak lain agar menyediakan lapangan kerja karena situasinya memang tengah tidak bersahabat bagi semua orang.Â
Paling tidak yang harus kita lakukan sekarang adalah memanfaatkan kesempatan sekecil apapun untuk tetap membuat diri kita bertahan selama masa sulit. Mungkinkah pandemi COVID-19 ini tengah mengingatkan kita untuk menengok kembali jati diri kita sebagai bangsa Indonesia? Sebuah bangsa yang pernah terkenal dengan keagrarisannya.
Salam hangat,
Agil S HabibÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI