Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Industrial Profiling Writer; Planmaker; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Grow Smarter Everyday

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

5 Juta Orang Indonesia Akan Terinfeksi Covid-19 Menurut Studi Kasus Berikut

26 Maret 2020   10:24 Diperbarui: 26 Maret 2020   10:46 4105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai hitungan simulasi dan pemodelan matematis dilakukan untuk memprediksi "pergerakan" dari virus corona atau covid-19 di Indonesia. Setelah beberapa waktu lalu para peniliti di Institut Teknologi Bandung (ITB) mempublikasikan hasil simulasinya perihal kemungkinan berakhirnya pandemi ini, belakangan muncul studi kasus yang dilakukan oleh Pusat Pemodelan Matematika untuk Penyakit Menular yang berbasis di London, Inggris. 

Dalam studi ini disebutkan bahwa jumlah korban terinfeksi covid-19 sebanyak 790 orang (25/03) di Indonesia itu sebenarnya hanya 2 persennya saja dari total keseluruhan kasus yang dilaporkan. Diperkirakan angka terinfeksi yang sebenarnya sudah mencapai 34.200 orang. Dalam simulasi pemodelan lain yang dilakukan, dalam kondisi terburuk jumlah kasus terinfeksi coronavirus bisa meningkat berlipat ganda hingga mencapai 5 juta orang pada akhir April 2020 mendatang.

Kekhawatiran ini cukup beralasan mengingat masih banyaknya kelemahan dalam sistem kesehatan di Indonesia. Dilansir oleh laman Republika.com, Indonesia hanya memiliki 12 tempat tidur per 10 ribu orang. Dibandingkan dengan negara lain seperti Korea Selatan yang memiliki 115 tempat tidur per 10 ribu orang situasi ini tentu sangat tidak ideal. 

Sedangkan untuk perbandingan jumlah dokter per 10 ribu orang Indonesia masih terpaku di angka 4. Kalah jauh dibandingkan Italia yang mencapai 10 kali lipatnya. Padahal kita semua tahu Italia saat ini merupakan negara dengan jumlah terinfeksi covid-19 tertinggi di dunia.

Kondisi ini tak pelak membuat beberapa pakar dunia mengkhawatirkan situasi di Indonesia. Lee Morgenbesser, seorang dosen dari Griffith University Australia mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi besar namun memiliki birokrasi yang tidak rapi. Hal ini berdampak pada cara penanganan krisis yang buruk. 

Seorang pakar yang lain, Ian Mackay, Profesor virologi asal Universitas Queensland Australia menyoroti kemungkinan kurangnya transparansi dari pihak-pihak berwenang dalam mempublikasikan informasi perihal kasus terinfeksi coronavirus. Meskipun pemerintah Indonesia berkali-kali menegaskan bahwa tidak satupun informasi yang mereka  sembunyikan dari hadapan publik. Akan tetapi hal itu tidak lantas membuat publik kehilangan keraguan. 

Lebih lanjut lagi, pandemi covid-19 di Indonesia telah membuat masyarakat begitu khawatir terhadap kondisi ini. Rilis survei yang dilakukan indobarometer menunjukkan angka kekhawatiran masyarakat terhadap virus corona mencapai angka 68 persen. Bukan tidak mungkin tingginya angka ini dipengaruhi oleh beberapa hal yang telah disebutkan oleh beberapa pakar tadi.

Strategi Pemerintah Indonesia

Sejauh ini, pemberlakuan social distancing terlihat belum cukup ampuh mengurangi jumlah korban terinfeksi covid-19 di Indonesia. Sehingga tidak mengherankan apabila seruan pemberlakuan lockdown terus digaungkan. Meski sebenarnya tanpa lockdown pun kita juga bisa untuk menghentikan laju pandemi ini. Tentu dengan syarat-syarat yang mesti diperhatikan. Transparansi informasi hanyalah salah satu bagian kecil saja. 

Karena dengan informasi yang benar akan menghasilkan sikap yang benar juga. Hanya saja hal itu saja belum cukup. Perlu kesiapan dari sisi sarana dan prasarana seperti alat penunjang kebutuhan medis, tenaga kesehatan, dan lain sebagainya. Mendatangkan Alat Pelindung Diri (APD) serta beberapa keperluan medis lain dari China beberapa waktu lalu merupakan langkah yang tepat. Karena hal itu untuk memastikan petugas medis sebagai garda terdepan perlawanan terhadap coronavirus harus senantiasa terlindungi. Tanpa APD maka bereka hanya tinggal menunggu waktu untuk mengakhiri hidupnya.

Menyulap wisma atlet sebagai rumah sakit darurat juga harus diacungi jempol. Kita bukan China yang mampu membangun rumah sakit besar dalam waktu singkat. Satu-satunya cara adalah mengalihfungsikan gedung-gedung lain sebagai rumah sakit darurat. Hal ini sepertinya juga perlu ditiru oleh beberapa daerah lain. 

Semakin banyak yang ikut membantu menyediakan sarana "rumah sakit" maka permasalahan terkait kurangnya tempat tidur pasien itu seharusnya bisa diatasi. Keterbatasan 12 banding 10 ribu itu bisa ditanggulangi apabila kita memberdayakan semangat murni bangsa ini, gotong royong.

Satu hal lagi yang mungkin masih memantik kekhawatiran adalah perihal keterbatasan jumlah tenaga medis. Jumlah dokter kita masih sangat terbatas. Kita hanya memiliki sekitar 1.106 dokter paru dari idealnya sekitar 2.600-an dokter. Perbandingannya adalah setidaknya ada 1 dokter spesialis paru untuk 100 ribu penduduk. 

Covid-19 pada umumnya menyerang sistem pernafasan, yang artinya diperlukan adanya dokter khusus yang membidangi hal ini. Yaitu dokter spesialis paru. Dengan jumlah penduduk kita yang amat sangat besar, tentunya kondisi ini merupakan kendala besar yang apabila tidak segera ditindaklanjuti segera maka bisa berakibat sangat buruk. Kita perlu memikirkan solusi atas hal ini segera.

Untuk jangka pendeknya, mungkin kita perlu melibatkan para "calon" dokter paru agar juga turut terlibat dalam menangani pandemi ini. Tentunya dengan bimbingan dari para dokter paru "senior". Minimal mereka bisa mengurangi sedikit beban para dokter spesialis. Bisa juga mendatangkan tenaga bantuan dari luar, biarpun hal itu mungkin akan menyita banyak biaya. Paling tidak harus ada upaya nyata untuk menanggulangi permasalahan ini.

Kita Bisa Menang Melawan Virus Corona

Sejauh ini gambaran yang ditampilkan melalui media masa perihal situasi perkembangan kasus coronavirus ini cenderung pada pesimisme dan kondisi buruk yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Simulasi atau pemodelan yang dilakukan beberapa pakar hampir tidak menunjukkan tanda-tanda kasus ini akan berakhir dalam waktu dekat. 

Namun kita jangan pernah kehilangan harapan karena semua masih bisa terjadi. Kun fayakun. Apabila Sang Pemilik Hidup berkehendak, maka tidak ada yang mustahil.

Setiap orang memegang peranan penting dalam upaya "memukul mundur" pandemi ini. Kedisiplinan kita, kebersihan diri kita, dan doa kita adalah sesuatu yang penting. Disini kita belajar arti sesungguhnya dari persatuan. Bersatu melawan musuh yang "kecil-kecil cabe rawit". Virus ini bukanlah makhluk abadi yang tak terkalahkan. Saat ia berada diluar tubuh kita, maka dengan mudah ia kita berantas. 

Caranya yaitu dengan mencuci tangan serta memelihara kebersihan tubuh, pakaian, dan tempat tinggal kita. Mungkin ia akan menjadi "sedikit" lebih berbahaya tatkala berhasil masuk ke tubuh kita. Disinilah peran penting kekebalan tubuh kita bekerja. Oleh karena itu sangat perlu kiranya menjaga pola hidup sehat dan meningkatkan imunitas tubuh.

Kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan akan lebih dahulu membunuh kita dibandingkan kemampuan yang dimiliki oleh virus itu sendiri. Keyakinan bahwa kita bisa melawan pandemi ini jauh lebih penting dibandingkan apapun. Kita semua pasti berharap antivirus covid-19 bisa segera dirilis dan bisa mengakhiri pandemi ini. Tapi tentu kita tidak bisa mengandalkan harapan pada sesuatu yang belum ada. Berjuanglah, beranilah, berdoalah. Hidup ini patut diperjuangkan dengan cara yang hebat.

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi :

[1]; [2]; [3]; [4]; [5]; [6]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun