Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sebagaimana dipublikasikan oleh katadata.co.id, jumlah penduduk DKI Jakarta saja mencapai 10,5 juta jiwa pada tahun 2019 lalu. Sedangkan Wuhan sendiri penduduknya berada pada kisaran 11 Juta Jiwa. Wuhan menggunakan big data untuk menunjang "kelancaran" lockdown. Kita?
Sedangkan untuk penduduk Jawa Timur memiliki jumlah penduduknya sekitar 39,5 juta jiwa. Belum lagi jika menyebutkan provinsi lainnya. Belum lagi menilik kondisi geografis wilayah Indonesia. Jikalau lockdown diberlakukan tapi tidak ditunjang kedisiplinan tinggi, maka situasinya akan tidak jauh berbeda dengan di Italia.Â
Lain kiranya jika setiap orang berlaku sebagaimana saudara-saudara kita dari agama Hindu tatkala menjalani ibadah catur brata nyepi. Taat pada aturan. Maka tanpa big data pun Indonesia mampu menjalani lockdown.
Poin pentingnya adalah big data memegang fungsi yang sangat srategis dalam menanggulangi masalah besar seperti pandemi virus corona ini. Biarpun ada sisi negatif dibalik keberadaan big data, selama hal itu bisa dikendalikan dengan baik maka dampak big data akan banyak sekali manfaatnya. Kita memiliki E-KTP yang sudah sejak beberapa tahun lalu mulai diterapkan. Ini sebenarnya merupakan start awal yang baik untuk memulai implmentasi big data di Indonesia.Â
Sayangnya apa yang sudah dimulai itu tidak dilanjutkan atau bahkan dituntaskan dengan baik. Kita masih saja memfotokopi E-KTP untuk segala macam keperluan seperti daftar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), daftar kuliah, melamar kerja, perpanjang Surat Izin Mengemudi (SIM), perpanjangan BPKB, dan lain sebagainya.Â
Padahal dengan E-KTP seharusnya semua berjalan lebih praktis. Cukup informasikan nomor registrasi, maka semuanya beres. Begitupun dengan data kesehatan kita, apabila semua terkoneksi kepada big data maka bukan tidak mungkin penanganan masalah virus corona ini akan lebih sigap dilakukan.
Namun, kita tidak bisa mundur kebelakang lantas menyesali semuanya. Kita hanya bisa menjadikan ini semua sebagai pelajaran seraya melakukan perbaikan kedepan terhadap hal-hal yang dirasa perlu. Khususnya terkait big data ini.Â
Pandemi covid-19 telah memberikan satu lagi pelajaran kepada kita untuk lebih adaptif terhadap perubahan zaman. Berfikir disruptif dalam memandang banyak hal. Tidakkah kita merasa harus ada yang diubah dari cara pandang bangsa ini? Big data telah memberikan alarm itu. Tapi apakah kita lantas menyadarinya atau malah bersikukuh mengingkarinya?.
Salam hangat,
Agil S HabibÂ
Refferensi :