Warga yang bepergian ke tempat umum dperiksa suhu tubuhnya melalui "laser" pengukur suhu, dan diawasi kamera pengawas perihal "atribut" masker pelindung.Â
Lebih canggih lagi mereka mengembangkan perangkat Artificial Intellegence (AI) yang mendeteksi itu semua secara keseluruhan hanya dalam satu pengecekan saja. Setiap kali ada orang terindikasi melanggar ketentuan pihak medis akan langsung diberikan peringatan. Bagaimana bisa?Â
Data yang terekam baik itu dari laser suhu ataupun dari kamera pengawas langsung terkoneksi dengan big data yang sudah ada sebelumnya. Kemudian semua data yang terkumpul dari sekian banyak aktivitas itu di-summary melalui aplikasi yang bisa dipantau masing-masing orang.Â
Kemana saja aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh setiap orang akan terlacak, demikian juga pertemuan dengan siapa saja sangat mungkin dideteksi. Terawasi hampir secara total. Dalam kasus lockdown, semua itu penting untuk mendisiplinkan seluruh warga agar menaati ketentuan pemerintah.
Sisi Negatif Big Data
Namun selalu ada sisi lemah dari suatu langkah revolusioner. Senantiasa ada pro kontra yang menyertai terobosan baru bidang teknologi informasi. Privasi.Â
Big data membuat semua orang terkoneksi satu sama lain. Terpantau rekam jejaknya. Sangat sulit untuk merahasiakan aktivitas kita dari pihak-pihak yang memiliki kewenangan akan akses big data tersebut. Menjadi sangat berbahaya apabila data yang seharusnya menjadi privasi masing-masing orang malah justru dijadikan alat untuk merugikan kita.Â
Terlebih ketika data tersebut dipublikasikan ke muda publik yang akhirnya malah membuka aib kita dihadapan umum. Bagi yang tidak punya rahasia besar mungkin biasa saja menyikapi hal ini. Tapi tidak demikian bagi sebagian orang yang memiliki hal-hal besar untuk dirahasiakan.
Indonesia Butuh Big Data?
Bagaimana dengan Indonesia, apakah butuh big data? Dalam konteks penanganan virus corona hal ini bisa dibilang perlu. Terutama untuk memberikan informasi dan mengontrol aktivitas publik yang berpotensi membuat covid-19 semakin menyebar luas. Informasi real time untuk kewaspadaan tentu diperlukan.Â
Sebagaimana halnya yang dilakukan juga oleh Korea Selatan (Korsel) dalam menyebarkan informasi lokasi terinfeksinya orang-orang terinfeksi coronavirus.Â
Meskipun di Korsel sendiri kebijakan tersebut dianggap melanggar privasi. Namun ketika keselamatan nyawa banyak orang menjadi prioritas, kepentingan terkait privasi bisa saja dinomorduakan. Tapi sekali lagi, hanya untuk kondisi genting sebagaimana yang terjadi sekarang ini.