Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Prabowo Bergerak, Perang Rakyat Semesta Melawan Covid-19

23 Maret 2020   07:35 Diperbarui: 23 Maret 2020   07:28 2748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo dan Covid-19 | Sumber gambar : www.pinterpolitik.com

Semenjak menjadi bagian dari tim kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan menduduki pos Menteri Pertahananan (Menhan) Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto memang terkesan jarang muncul ke muka publik. Hanya sesekali eks Denjen Kopassus ini "mengumbar" pesonanya. Sangat berbeda sekali jika dibandingkan saat beliau masih duduk diluar lingkaran kekuasaan. 

Hal ini membuat beberapa kalangan mengkritik serta mempertanyakan kinerja dan peran beliau bagi Indonesia secara keseluruhan. Seperti saat kasus Natuna mencuat beberapa waktu lalu, Prabowo seperti "kalah pamor" dengan beberapa pejabat lain teruama Presiden Jokowi. Padahal kala itu Natuna terkait langsung dengan ranah tugasnya sebagai Menhan. 

Bahkan baru-baru ini saat virus corona atau covid-19 merebak di Indonesia, keberadaan Prabowo kembali dipertanyakan. Oleh salah seorang politisi Partai Demokrat, Andi Arief, Prabowo subianto selaku Menhan diminta untuk bersuara, bergerak, melindungi rakyat. Jangan biarkan rakyat sendirian mengatasi sesuatu yang mengancam keselamatan mereka ini. 

Kata politisi Partai Demokrat yang lain, Ferdinand Hutahaean, Prabowo harus "turun gunung" bersama TNI dan menjadi garda terdepan dalam melakukan tindakan perlawanan terhadap covid-19. Benarkah Prabowo tidak berbuat sesuatu?

Selaku Menhan, Prabowo memang memiliki kewajiban untuk mempertahankan kedaulatan negara serta menghindarkan Indonesia dari segala ancaman dari luar maupun dari dalam yang mengusik bangsa ini. Biarpun Indonesia tidak sedang mengalami peperangan sebagaimana perang era kemerdekaan atau seperti halnya konflik militer yang dialami oleh beberapa negara di dunia, namun sekarang Indonesia dan dunia sedang menghadapi ancaman yang tak kalah seriusnya. Covid-19. 

Sebagaimana dilansir detik.com, sampai dengan 22 Maret 2020 covid-19 telah menelan kurang lebih 11.402 jiwa korban meninggal dunia di seluruh dunia dari total 275.469 kasus positif yang ada. Sedangkan di Indonesia sendiri "oknum" serupa juga telah merenggut 48 orang meninggal dunia dari 514 orang yang terinfeksi pada periode yang sama. 

Dunia sedang menghadapi perang yang sama, yaitu perang melawan virus corona covid-19 (baca artikel : "World War 3" Bertajuk "All Nations Vs COVID-19"). Indonesia termasuk sebagai salah satu negara yang turut "andil" dalam peperangan tersebut. Hal ini menyangkut ketahanan sebuah negara. Dan memang semestinya Prabowo juga perlu turut campur karenanya.

Prabowo pun sudah mulai bergerak. Ia meminta langsung kepada Panglima TNI Hadi Tjahjanto untuk mempergunakan pesawat Hercules milik TNI guna menjemput beberapa perlengkapan "tempur" melawan coronavirus. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses birokrasi Government to Government atau G to G sehingga seluruh kelengkapan yang dibutuhkan petugas medis tanah air dalam rangka upaya penanggulangan coronavirus ini bisa segera terkirim. 

Sebagaimana dikeluhkan banyak kalangan, banyak diantara petugas medis kita yang bekerja dengan Alat Pelindung Diri (APD) apa adanya. Sesuatu yang membuat mereka justru berisiko tertular covid-19. Salah satunya dialami oleh almarhum dr. Djoko Judodjoko, Sp.B, seorang dokter bedah yang turut menangani pasien coronavirus tetapi ikut terinfeksi juga karena minimnya alat medis di rumah sakit tempatnya bertugas. 

Hal ini sekaligus menjadi alarm berbahaya bagi segenap institusi medis tanah air yang mesti berada pada barisan depan melawan covid-19. Tanpa adanya "alat tempur" yang mumpuni, maka sama artinya dengan perang bermodal nyali saja.

Pertahanan Rakyat dan Peran Aktif Warga Indonesia

Dalam sebuah kesempatan pemaparan terkait pertahanan negara, Prabowo sempat menyebut ketertinggalan alutsista kita dari bangsa lain. Sehingga jikalau sampai terjadi situasi krisis dimana perang meletus, maka "Perang Rakyat Semesta" adalah pilihannya. Sepertinya hal itulah yang kini sedang kita alami sebagai sebuah bangsa. 

Ketika Indonesia yang terserang virus corona namun memiliki banyak keterbatasan perlengkapan medis, maka hanya kedisiplinan dan kerjasama rakyatnyalah yang bisa turut membantu mengatasi ini semua. Social distancing yang digalakkan pemerintah tidak akan pernah menemui sasarannya jikalau rakyat selaku pelaksana utamanya justru abai. Sebagian pihak menyerukan lockdown perlu dilakukan, meski sebenarnya negara seperti Singapura atau Korea Selatan bisa berhasil mengendalikan pandemi ini tanpa lockdown. 

Bagaimanapun juga kita Indonesia dan beberapa negara lainnya saat ini tengah berperang melawan satu musuh yang sama. Covid-19. China dengan segala keunggulan teknologinya masih harus kehilangan ribuan nyawa warga negaranya. Italia yang begitu kaya pun juga mengalami nasib yang lebih tragis. Lalu bagaimana dengan Indonesia yang tidak lebih unggul dalam hal sumber daya penanggulangan di sisi medis? 

Berbeda dengan China yang masih tetap kuat biarpun telah menerapkan kebijakan lockdown selama beberapa lama. Mungkin Indonesia akan mengalami situasi yang lebih buruk jikalau kebijakan serupa diterapkan.

Apapun kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia, hal itu tetap memerlukan peran serta rakyat secara aktif dalam melaksanakan instruksi pemerintah. Lockdown atau tidak menjadi percuma saja jikalau warga negaranya tidak disiplin mengikuti anjuran. Kita bisa saksikan Italia yang begitu merana dengan korban jiwa meninggal dunia yang sudah menyentuh angka 5.000 orang. Padahal kebijakan lockdown sudah dilakukan sejak beberapa hari lalu. 

Sebagaimana dikatakan petugas medis asal China yang bertugas di italia, situasi ini terjadi oleh karena warga negara Italia banyak yang tidak mematuhi arahan petugas medis. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian kita bersama. Indonesia harus belajar terhadap beberapa situasi yang terjadi di beberapa negara perihal penaganan covid-19 dilakukan. 

Bagaimanapun juga, korban covid-19 di Indonesia diprediksi masih akan terus bertambah. Dari simulasi yang dilakukan oleh penelitis Institut Teknologi Bandung (ITB), jumlah korban terinfeksi covid-19 di Indonesia bisa mencapai angka 8.000 jiwa. Prediksi ini benar-benar akan menjadi kenyataan jikalau perilaku kita masih tidak disiplin.

Dukungan pemerintah lewat tenaga medis memadai pastilah sangat diperlukan. Hanya saja kesadaran publik untuk bisa bekerja sama merupakan satu hal yang mesti ada. "Perang Rakyat Semesta" melawan covid-19 bukan perang yang kasatmata. Kita sedang menghadapi musuh berukuran mikroskopik yang keberadaannya tidak bisa kita pantau. 

Tiba-tiba ia akan datang menggerogoti tubuh seseorang. Dengan masih belum adanya senjata ampuh antivirus covid-19, memiliki daya tahan tubuh yang baik adalah satu hal yang sangat penting. Perilaku hidup sehat, mencuci tangan, membatasi kontak sosial, dan segenap anjuran lain merupakan sesuatu yang tidak boleh diabaikan. Bagi mereka yang sehat fisiknya tentu harus menjaganya dengan sebaik mungkin. Sedangkan bagi yang sakit mesti "sadar diri" agar tidak menyebarkan sakitnya itu kepada orang lain.

Pada akhirnya kita semua memang harus bertindak. Pemerintah memiliki ranahnya yang harus ditunaikan dengan sebaik mungkin. Demikian juga dengan kita sebagai warga negara juga harus berkontribusi terhadap hal ini. Pemerintah harus bergerak cepat, dan kita harus disiplin dalam menjalankan arahan. 

Sampai kapan pandemi ini akan berakhir itu semua bergantung usaha kita sendiri. Merujuk pada simulasi peneliti ITB sebelumnya bahwa pandemi ini akan berakhir pada pertengahan April 2020 (baca artikel : Pandemi Covid-19 di Indonesia Berakhir April 2020, dengan Syarat...), hal itu sangat tergantung dengan upaya kita sebagai satu kesatuan bangsa. 

Semakin kita abai terhadap penanganan kasus ini maka rentang waktu berakhirnya pandemi akan semakin mundur. Hal ini sudah barang tentu kita semua tidak inginkan terjadi. Namun apakah keinginan itu sudah selaras dengan sikap kita?

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi :

[1]; [2]; [3]; [4]; [5]; [6]; [7]; [8]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun