Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu mengatakan bahwa sekarang saatnya bagi kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah juga dari rumah. "Konsekuensi" dari hal ini adalah banyak aktivitas di ruang publik yang mulai dibatasi, sekolah diliburkan, pekerja diliburkan, dan aktivitas perkumpulan ibadah juga diminimalkan.Â
Semua demi untuk mencegah persebaran covid-19 semakin meluas. Terkait dengan aspek ekonomi dan bisnis, beberapa industri tercatat mulai meliburkan pekerjanya hingga beberapa waktu ke depan. Sebagian yang lain bertindak waspada dengan mencegah karyawan yang memiliki gejala potensi coronavirus untuk tidak masuk kerja.Â
Hingga saat ini sebenarnya masih cukup banyak perusahaan khususnya industri manufaktur yang tetap menjalankan operasi produksinya seperti biasa, hanya saja lebih waspada dalam menyikapi kondisi karyawannya. Tentu bukan perkara mudah untuk langsung menerapkan kebijakan bekerja dari rumah seperti himbauan presiden.Â
Terlebih bagi industri manufaktur yang kerjaannya tidak bisa "dibawa pulang" ke rumah. Mungkin sebagian untuk tugas-tugas berbau administratif atau perencanaan masih cukup memungkinkan. Tetapi bagaimana dengan operasional produksi yang menggunakan beberapa sumber daya besar?
Dalam kondisi yang tidak tergolong super darurat, kecil kemungkinan industri manufaktur akan berhenti total dan meliburkan seluruh karyawannya. Terlalu besar hal yang mesti dikorbankan, khususnya terkait aspek bisnis. Aktivitas produksi, penjualan produk, dan lain-lain adalah sebagian dari sekian banyak hal yang mesti diperhatikan.Â
Bayangkan betapa besarnya kerugian perusahaan apabila berhenti beroperasi dalam durasi beberapa lama. Belum lagi menyangkut potensi kehilangan penjualan dan omset bagi perusahaan. Ada nilai bisnis besar yang perlu diperhatikan disini.
Terkait dengan hal ini kebijakan bekerja dari rumah mungkin belum bisa diberlakukan secara menyeluruh. Terkecuali kondisinya memang benar-benar luar biasa, misalnya seperti kasus di Wuhan yang menjangkiti ribuan orang dalam waktu sekejap saja. Hanya saja semua pihak tetap harus waspada dan melakukan tindakan-tindakan preventif yang diperlukan.Â
Apa yang dilakukan oleh beberapa industri dengan memfasilitasi penyediaan masker bagi pekerja, menyiapkan hand sanitizer di beberapa titik di tempat kerja, thermal scanner, dan sebagainya.Â
Untuk saat ini tindakan-tindakan semacam itulah yang masih bisa diambil oleh pelaku bisnis dan industri manufaktur mengingat sektor ini memiliki peranan cukup besar dalam perekonomian kita. Membiarkannya berhenti beroperasi sama halnya menciptakan kekacauan lain setelahnya.
Bagaimanapun juga, coronavirus memang harus disikapi secara cepat dan tepat. Termasuk perihal kebijakan meliburkan pekerjaan atau aktivitas lain yang melibatkan pembauran orang banyak.Â
Opsinya adalah memperketat pengawasan, meningkatkan kewaspadaan, dan melakukan tindakan preventif yang membantu mencegah pesebaran virus ini meluas. Mungkin pihak perusahaan manufaktur harus menggalakkan program kesehatan yang membawa serta karyawannya agar lebih peduli terhadap kondisi kesehatannya masing-masing. Seperti misalnya ada sesi olehraga di akhir pekan, peregangan tubuh di awal shift, atau membagi-bagikan multivitamin untuk memperkuat kekebalan tubuh.Â
Jangan sampai para karyawan itu justru dibiarkan begitu saja dan berusaha sendiri-sendiri tanpa adanya upaya bantuan apapun dari pihak perusahaan. Para pemilik bisnis mesti turt andil untuk memastikan kesehatan pekerjanya terjaga.
Salam hangat,
Agil S Habib
Refferensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H