Saat salah satu sosok terpenting Iran Jenderal Qasem Soleimani meninggal dunia akibat hantaman bom militer Amerika Serikat (AS), dunia pun was-was terkait kemungkinan pecahnya perang besar.Â
Tagar "worldwar3" pun tak ayal menduduki trending topic dunia sekaligus menyuarakan perihal kekhawatiran publik dunia terkait ancaman ini. Namun kita semua patut bersyukur bahwa kekhawatiran pecahnya perang tersebut ternyata tidak sampai terjadi. Paling tidak hingga hari ini. Karena sudah pasti apabila sebuah "bencana" perang terjadi maka bukan hanya negara-negara berkonflik saja yang merasakan dampaknya, tetapi negara-negara lain pun turt akan terkena imbasnya.
Dunia tentu masih mengingat betapa pedihnya luka yang disebabkan oleh pecahnya Perang Dunia I (PD I) dan Perang Dunia II (PD II). Bukan hanya sebatas kerugian materi saja yang ditimbulkannya, tetapi ada sisi kerugian lain yang bahkan nilainya tidak bisa diukur dalam deretan angka-angka. Oleh karena itu tentu kita semua sepakat bahwa jangan sampai dan jangan pernah ada lagi perang dunia yang terjadi.
Musuh yang Tak Terduga
Mungkin sebagian diantara rekan-rekan pembaca sekalian ada yang sudah tidak asing lagi dengan salah satu film anime populer Jepang berjudul Naruto.Â
Sebuah kisah yang menceritakan perjalanan hidup seorang ninja dengan latar yang membawa serta situasi peperangan dalam dunia ninja.Â
Diceritakan bahwa kisah hidup seorang Naruto tak lain adalah imbas dari peperangan antar Ninja yang terjadi di masa lalu. Para ninja sudah saling berperang sejak lama hingga beberapa generasi. Bahkan ada istilah Perang Dunia Ninja Pertama dan Perang Dunia Ninja Kedua.Â
Semuanya terkait peperangan antar suku atau marga ninja dan juga antar "negara" ninja yang memiliki basis kekuatan masing-masing.Â
Dalam dua peperangan besar tersebut diceritakan bahwa ada begitu banyak kegetiran dan konflik tiada henti yang berujung pada kemunculan generasi baru seperti Naruto dengan segala kemampuan hebatnya sebagai ninja.
Naruto memiliki peranan yang sangat penting untuk menciptakan kedamaian dalam dunia ninja. Mencegah agar sampai tidak terulang kembali peperangan sebagaimana era terdahulu. Namun tanpa disangka-sangka sebelumnya kekhawatiran akan pecahnya Perang Dunia Ninja Ketiga ternyata bukan justru disebabkan oleh konflik antar beberapa negara ninja sebagaimana perang-perang sebelumnya.Â
Perang Dunia Ninja Ketiga terjadi karena adanya "kubu" lain yang memproklamirkan perang kepada segenap dunia ninja. Sebuah kubu yang menamai diri mereka "Akatsuki". Pada akhirnya semua negara pun beraliansi satu sama lain untuk melawan satu kekuatan besar yang dimiliki oleh Akatsuki ini.
Kisah fiksi dalam komik dan serial anime Naruto ini sedikit banyak ternyata juga terjadi di dunia kita saat ini. Ditengah-tengah kekhawatiran perang dunia yang disulut oleh AS dan Iran beberapa waktu lalu, ternyata kita justru dihadapkan pada serbuan tiba-tiba dari "musuh" yang mungkin tidak pernah disangka-sangka sebelumnya. Virus corona atau covid-19.Â
Virus yang bermula dari Wuhan China ini dalam sekejap berhasil membuat syok dunia. Puluhan negara kelabakan menghadapi virus mematikan ini. Dalam beberapa pemberitaan terkahir disebutkan ada ribuan orang terinfeksi dan tidak sedikit diantaranya yang meninggal dunia.
Bukan rudal Iran atau AS yang banyak merenggut korban jiwa dalam beberapa waktu terakhir ini. Ternyata covid-19 jauh lebih memiliki andil atas hal itu. Seakan dunia kini tengah menghadapi sebuah periode perang dunia yang ketiga di mana hampir seluruh negara di dunia menghadapi satu musuh yang sama yaitu covid-19. Covid-19 telah melakukan serangannya dengan "membabi-buta".Â
Bangsa China turut menjadi korbannya, warga Amerika Serikat juga dibikin takut olehnya, penduduk Iran kalang kabut dibuatnya, bahkan Indonesia pun tak luput juga dari serangannya. Covid-19 telah menjadi musuh bersama yang nahasnya hingga saat ini kita semua hanya sebatas bisa bertahan saja.
 Setiap orang di dunia seolah hanya menunggu giliran saja untuk menjadi sasaran selanjutnya dari covid-19. Seiring masih belum ditemukannya vaksin anti virus untuk covid-19, maka selama itu pula kita belum bisa melakukan "serangan balik". Mau tidak mau "gempuran" dari covid-19 harus kita hadapi dengan segala daya yang ada saat ini.
"Strategi" ala COVID-19
Kemunculan covid-19 sebagai wabah yang memantik kekhawatiran seluruh masyarakat di berbagai negara memang menimbulkan kepiluan karena terancamnya nyawa manusia. Namun selain itu ternyata virus ini juga membuat kita "kalap" dalam upaya mempertahankan diri.Â
Panic buying adalah sebuah fenomena yang baru-baru ini kita saksikan dimana masing-masing dari kita berbuat aksi yang "tanpa sadar" justru membuat suasana semakin kacau. Harga beberapa bahan kebutuhan meningkat drastis hingga munculnya aksi ambil keuntungan melalui tindakan menimbun masker. Covid-19 telah membuat kita "kehilangan" kesadaran untuk berbuat berdasarkan simpati dan empati.Â
Virus corona bukan hanya menyerang sisi fisik seseorang tetapi juga psikisnya turut terpengaruh oleh kekhawatiran yang dipantik oleh virus tersebut.
Seolah-olah covid-19 sedang berstrategi membikin kacau balau "musuhnya". Jikalau kita tida bergegas untuk mengambil sikap yang tepat atas hal ini, maka bukan tidak mungkin kita justru "hancur dengan sendirinya". Bukan serangan virus itu yang membuat kita tumbang, tapi sikap kita yang khawatir terlalu berlebihanlah yang justru membuat kita terjatuh.Â
Kita butuh strategi untuk bersikap dan bertindak guna melawan covid-19. Selain upaya membuat "senjata pamungkas" berupa vaksin anti virus covid-19, kita butuh menerapkan strategi yang disebut oleh Prabowo Subianto sebagai "Perang Rakyat Semesta" dalam artian yang sesungguhnya.Â
Ketika covid-19 telah menjadi ancama serius bagi semua negara-negara di dunia, maka itu artinya kita semua dihadapkan pada satu musuh besar yang sama. Bagaimana kiranya agar setiap bangsa saling bahu-membahu menuntaskan persoalan ini. Kita tidak bisa mengandalkan China saja, Amerika Serikat saja, Jepang saja, atau beberapa negara saja untuk membuat formula vaksin anti virus corona. Ada sangat banyak perguruan tinggi ternama di dunia dan juga lembaga riset dunia yang memiliki kompetensi lebih dari cukup untuk "menelurkan" vaksin anti virus. Bahkan sepertinya Indonesia juga memiliki kompetensi serupa untuk melakukannya.
Semesta harus berbuat sesuatu, semua negara harus berjibaku, dan setiap bangsa harus bersatu untuk melangkah maju dan memukul mundur covid-19. Karena bagaimanapun juga kita tidak sedang berhadapan dengan serdau atau peluru, tetapi kita tengah berhadapan dengan sebuah musuh yang entah sejak kapan sudah merengsek kedalam garis pertahanan kita dengan begitu jauh. Kita semua benar-benar harus bergegas untuk menangkal virus corona ini dengan segala daya dan upaya. Semoga, dan saya kira kita semua mampu melakukannya.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H