Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok sepertinya sudah memulai gebrakannya selaku Komisaris Utama (Komut) Pertamina.
Mengemban misi untuk menjamin transparansi bisnis perusahaan plat merah sekaligus memberantas praktek mafia migas yang selama ini ditengarai sebagai "duri dalam daging" yang menghambat kemajuan Pertamina untuk tumbuh lebih besar lagi. Hal itu terlihat dari cuitan yang diunggah oleh Ahok baru-baru ini perihal terbukanya akses informasi pengadaan oleh PT Pertamina.
Ia menyatakan bahwa informasi mengenai operasional PT Pertamina (Persero) terkait pengadaan crude atau minyak mentah, LPG, serta BBM dan juga status kapal charter bisa diakses melalui website resmi perusahaan.
Langkah ini disebut-sebut sebagai suatu permulaan yang baik dalam rangka menuju pengelolaan korporasi yang transparan. Apresiasi memang patut diberikan kepada Pertamina seiring keberanian mereka untuk mulai terbuka kepada publik.
Namun yang patut disayangkan adalah mengapa baru sekarang hal itu dilakukan? Barangkali keberadaan sosok BTP atau Ahok ini memang memiliki andil terhadap transparansi ini.
Jika memang demikian, maka tidak ada salahnya kalau Ahok disebut sebagai "Bapak Transparansi Pertamina". Kebetulan memiliki akronim yang mirip dengan nama beliau, yaitu BTP.
Tentunya kebijakan untuk membuka informasi penting kepada publik tidak serta merta diputuskan oleh satu orang saja, melainkan melibatkan banyak orang. Namun pada umumnya selalu ada sosok yang "mendorong" lebih agar upaya transparansi itu terwujud. Harapan dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan juga Presiden Joko Widodo (Jokowi) perihal pemilihan sosok Ahok sebagai Komut Pertamina bisa jadi mulai terlihat.
Gebrakan semacam inilah yang memang diperlukan ada pada tubuh pertamina sehingga korporasi strategis ini bisa menjadi ujung tombak yang bisa menyejahterakan bangsa.
Membuka informasi terkait pengadaan barulah sebuah langkah kecil. Namun melihat sambutan dan apresiasi positif terhadap upaya transparansi tersebut maka kita semua patut optimis bahwa akan ada perubahan di tubuh Pertamina. Memang tidak akan dalam sekejap para oknum mafia migas itu bisa diberantas. Semua butuh proses. Paling tidak ini jauh lebih baik daripada tidak berbuat sesuatu.
Bagaimanapun juga sebuah perubahan besar dimulai dari perubahan yang kecil. The Law of  The Few, yang sedikit bisa menjadi penggerak atas perubahan yang luar biasa. Demikian yang dijabarkan oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya, The Tipping Point.
Pertamina hanya akan berubah jikalau semua orang didalamnya turut terlibat. Tetapi sebelum itu bisa terjadi diperlukan setidaknya satu sosok yang memiliki kemampuan untuk menjadi penjembatan (connector) agar itu bisa terwujud.
Kompetensi Ahok yang memang memiliki rekam jejak positif atas hal ini sangatlah menunjang upaya ini. Paling tidak kini ada sebuah harapan bahwa Pertamina yang selama ini disebut-sebut sebagai sarang mafia menjadi lebih terpantau lagi situasi dan kondisinya.
Semoga BTP benar-benar mampu mewujudkan harapan besar akan transparansi yang diembankan kepadanya, termasuk menginspirasi korporasi lain agar turut serta melakukan langkah serupa.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H