Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa Mitt Romney? Senator Republikan yang Melawan Trump

7 Februari 2020   06:57 Diperbarui: 7 Februari 2020   09:25 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berhasil lolos dari upaya pemakzulan yang dilayangkan kepadanya pasca adanya "perlindungan" dari suara mayoritas anggota kongres yang memutuskan bahwa dirinya tidak bersalah atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi kongres AS. 

Dari perbandingan suara senat sebanyak 53 -- 47 untuk keunggulan Partai Republik, 48 diantaranya menyatakan bahwa Trump bersalah atas tuduhan yang diberikan sedangkan 52 sisanya menyatakan bahwa Trump tidak bersalah. Semua senator dari Partai Demokrat bulat satu suara menyatakan sikapnya bahwa Presiden Trump harus dimakzulkan. 

Sedangkan dari Partai Republik ada satu sosok yang "membelot" dari sikap partainya dan memilih menyatakan bahwa Trump bersalah, khususnya atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dimana Trump dianggap melakukan penundaan penyerahan bantuan militer AS untuk Ukraina sampai Presiden UkrainaVolodymyr Zelensky setuju untuk menyelidiki Joe Biden yang tidak lain adalah rival politik dari Donald Trump.

Siapa sosok senator Partai Republik yang seorang diri dengan berani melawan Trump dalam sidang pemakzulan presiden AS ke-45 itu? Apa latar belakang yang dimilikinya sehingga ia tampak begitu tegas dan gigih mempertahankan pandangannya yang melawan arus pandangan senator lain dari partainya sendiri? 

Padahal ia sendiri tahu bahwa dirinya akan mendapatkan banyak penentangan dari kolega satu partainya pun juga Presiden Trump dan segenap pendukungnya. Akan tetapi semua itu tidak menghalanginya untuk bersikap sebagaimana yang ia yakini. Sosok ini bernama Mitt Romney, Senator dari Utah.

Politisi Religius

Selama ini mungkin kita hampir tidak pernah mendengar tentang siapa itu Mitt Romney. Ketika membicarakan soal AS, barangkali kita hanya terpaku pada beberapa nama saja. Wajar, mengingat AS bukanlah negara kita. Namun dibalik keasingan kita terhadap sosoknya, Mitt Romney sebenarnya merupakan seorang senator yang cukup populer di negerinya.

Sebelum memasuki dunia politik, Romney adalah seorang pebisnis sukses dengan mendirikan sebuah perusahaan bernama Bain Capital, salah satu perusahaan investasi terkemuka di AS. Romney mengubah arah bisnisnya yang sebelumnya di bidang investasi menjadi sebuah perusahaan konsultan manajemen internasional. 

Pada tahun 1999, Romney sempat menjabat sebagai Presiden Komite Salt Lake untuk Olimpiade Musim Dingin 2002. Sebuah jabatan yang kelak membawanya menduduki posisi penting sebagai Gubernur Massachussets untuk periode 2003 hingga 2007. Prestasinya cukup mentereng sebagai gubernur, salah satunya yaitu mampu menghapus defisit anggaran daerahnya hingga US$ 3 miliar. 

Namun meski memiliki prestasi mumpuni, Romney tidak berminat untuk mencalonkan diri lagi sebagai Gubernur Massachussets periode berikutnya. Hingga pada tahun 2008 ia didapuk untuk menjadi salah satu nominator calon presiden AS untuk pemilihan umum tahun 2008. Hanya saja ia kalah bersaing dengan senator John McCain. 

Akan tetapi pada tahun 2011 ia kembali menyatakan dirinya sebagai kandidat presiden dari Partai Republik setelah unggul suara cukup banyak dalam pemilihan internal partai. Meski pada tahun 2012 ia kalah oleh Barack Obama dalam pemilihan presiden AS, tetapi perjalanan karir politiknya tergolong luar biasa.

Mitt Romney termasuk orang lama yang bernaung dibawah Partai Republik. Lalu mengapa ia masih mengambil keputusan yang "mengkhianati" partainya sendiri dalam sidang pemakzulan Trump? Ternyata sikapnya ini didasari oleh rekam jejak kehidupannya yang termasuk sebagai pribadi religius. 

Mitt Romney yang kelahiran 12 Maret 1947 pernah tinggal di Prancis selama kurang lebih 30 bulan sejak tahun 1966 untuk menjadi Misionaris Mormon. Barangkali dari sinilah kepribadiannya yang religius itu dipupuk hingga ia memiliki keyakinan untuk memegang teguh sumpah jabatannya biarpun hal itu nantinya akan memicu banyak pertentangan. 

Keyakinan itulah yang kemudian membawanya pada keputusan untuk menyatakan bahwa Presiden Donald Trump bersalah atas dakwaan. Namun keputusan berbeda yang diambil Romney itu pada akhirnya masih belum mampu menurunkan Trump dari tahtanya. Ia yang hanya satu suara ditambah 47 suara dari senator Partai Demokrat tidak cukup mampu menggoyahkan 52 suara para senator Partai Republik.

Mitt Romney telah memberikan sebuah pelajaran berharga kepada kita bahwa sebuah keyakinan harus diperjuangkan. Sumpah jabatan harus dijunjung tinggi biarpun itu mengharuskan kita menentang arus yang ada. Sikap seorang wakil rakyat haruslah selaras dengan sumpah jabatan yang diembannya, bukan mengikuti arus demi pencitraan dan kelanggengan sebuah jabatan.

Salam hangat,

Agil S Habib

 

Refferensi :

[1]; [2]; [3]; [4]; [5]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun