Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tangerang Banjir "kok" Minim Ulasan?

4 Februari 2020   07:11 Diperbarui: 4 Februari 2020   07:12 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir daerah pinggiran | Sumber gambar : Dokumentasi warga perumahan

Jakarta Banjir, media sosial (medsos) ramai. Surabaya banjir, netizen berbondong-bondong memenuhi laman komentar. Ibukota baru banjir, pemberitaan menghiasi berbagai laman media cetak maupun elektronik. Tangerang banjir? Sepi dari hingar bingar pemberitaan pun celotehan para netizen. Mungkin ada sebagian media yang memberitakan perihal kondisi ini. 

Akan tetapi itupun porsinya masih kalah jauh apabila dibandingkan ketika banjir melanda beberapa daerah tadi. Kemarin sore (03/02) sebuah stasiun televisi swasta memberitakan perihal banjir yang terjadi di sekitar wilayah perumahan Citra Raya, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten. Entah stasiun televisi yang lain mengikuti jejaknya atau tidak. 

Perlu diketahui juga bahwa banjir di wilayah Tangerang tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah ramai seperti perumahan Citra Raya atau mungkin tempat-tempat lain yang menjadi pusat keramaian. 

Banjir juga terjadi di wilayah pinggiran, di beberapa perumahan pinggiran, dan rumah-rumah penduduk pinggiran. Namun sepertinya semua itu samasekali tidak menarik untuk diberitakan dan juga dikomentari para penjajah dan penikmat berita. 

Apakah karena wilayah-wiyalah itu tidak dipimpin oleh seseorang seperti Anies Baswedan atau Tri Rismaharini? Apakah karena tidak ada cukup kontroversi disana sehingga membuatnya tidak layak mendapatkan perhatian?

Terkadang saya merasa banyak wilayah negeri ini yang dianaktirikan secara perhatian oleh pemerintah pun oleh warga negaranya sendiri. Problematika pelbagai daerah beraneka ragam, tetapi seolah-olah itu hanya terjadi di beberapa kota besar saja. 

Mungkinkah wilayah-wilayah "pinggiran" itu perlu sosok yang penuh kontroversi agar lebih diperhatikan publik? Ketika melihat jalanan kota-kota Jakarta penuh sesak oleh kendaraan, pemberitaan dengan mudah dimunculkan. 

Ketika lingkungan depan istana tergenang air, semua media beramai-ramai menayangkannya. Sedangkan saat beberapa daerah pinggiran mengalami situasi serupa ternyata sorotan yang didapat tidaklah sama.

Sebagai bagian dari orang pinggiran, saya ingin mengatakan bahwa daerah-daerah pinggiran negeri ini juga butuh perhatian. Barangkali butuh dukungan juga untuk menyuarakan kondisi di wilayah pinggiran. 

Mengapa begitu penting sebuah ulasan atas kondisi suatu wilayah? Kecenderungan yang terjadi selama ini adalah lokasi-lokasi "bermasalah" seringkali baru diperhatikan apabila sudah viral di media maya. Entah karena pihak berwenang baru mengetahuinya ataukah karena orang-orang berwenang tersebut malu daerahnya diekspos oleh publik secara luas.

Kondisi permukaan sungai yang meluber | Sumber gambar : Dokumentasi warga perumahan
Kondisi permukaan sungai yang meluber | Sumber gambar : Dokumentasi warga perumahan
Kebetulan perumahan tempat tinggal saya bersebelahan dengan dua aliran sungai. Apabila mendapatkan "pasokan" air dari kota sebelah maka debit air pun meningkat secara pesat dan meluber menggenangi wilayah sekitar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun