Jakarta Banjir, media sosial (medsos) ramai. Surabaya banjir, netizen berbondong-bondong memenuhi laman komentar. Ibukota baru banjir, pemberitaan menghiasi berbagai laman media cetak maupun elektronik. Tangerang banjir? Sepi dari hingar bingar pemberitaan pun celotehan para netizen. Mungkin ada sebagian media yang memberitakan perihal kondisi ini.Â
Akan tetapi itupun porsinya masih kalah jauh apabila dibandingkan ketika banjir melanda beberapa daerah tadi. Kemarin sore (03/02) sebuah stasiun televisi swasta memberitakan perihal banjir yang terjadi di sekitar wilayah perumahan Citra Raya, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten. Entah stasiun televisi yang lain mengikuti jejaknya atau tidak.Â
Perlu diketahui juga bahwa banjir di wilayah Tangerang tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah ramai seperti perumahan Citra Raya atau mungkin tempat-tempat lain yang menjadi pusat keramaian.Â
Banjir juga terjadi di wilayah pinggiran, di beberapa perumahan pinggiran, dan rumah-rumah penduduk pinggiran. Namun sepertinya semua itu samasekali tidak menarik untuk diberitakan dan juga dikomentari para penjajah dan penikmat berita.Â
Apakah karena wilayah-wiyalah itu tidak dipimpin oleh seseorang seperti Anies Baswedan atau Tri Rismaharini? Apakah karena tidak ada cukup kontroversi disana sehingga membuatnya tidak layak mendapatkan perhatian?
Terkadang saya merasa banyak wilayah negeri ini yang dianaktirikan secara perhatian oleh pemerintah pun oleh warga negaranya sendiri. Problematika pelbagai daerah beraneka ragam, tetapi seolah-olah itu hanya terjadi di beberapa kota besar saja.Â
Mungkinkah wilayah-wilayah "pinggiran" itu perlu sosok yang penuh kontroversi agar lebih diperhatikan publik? Ketika melihat jalanan kota-kota Jakarta penuh sesak oleh kendaraan, pemberitaan dengan mudah dimunculkan.Â
Ketika lingkungan depan istana tergenang air, semua media beramai-ramai menayangkannya. Sedangkan saat beberapa daerah pinggiran mengalami situasi serupa ternyata sorotan yang didapat tidaklah sama.
Sebagai bagian dari orang pinggiran, saya ingin mengatakan bahwa daerah-daerah pinggiran negeri ini juga butuh perhatian. Barangkali butuh dukungan juga untuk menyuarakan kondisi di wilayah pinggiran.Â
Mengapa begitu penting sebuah ulasan atas kondisi suatu wilayah? Kecenderungan yang terjadi selama ini adalah lokasi-lokasi "bermasalah" seringkali baru diperhatikan apabila sudah viral di media maya. Entah karena pihak berwenang baru mengetahuinya ataukah karena orang-orang berwenang tersebut malu daerahnya diekspos oleh publik secara luas.
Apakah ini saya yang salah memiliki rumah di wilayah tersebut ataukah karena tidak adanya pengelolaan yang baik terhadap aliran sungai oleh pihak-pihak berwenang.Â
Kebanyakan yang bisa dilakukan adalah berharap dan berdoa agar curah hujan menurun sehingga jumlah air bisa berkurang dan meminimalisir potensi luapan air sungai.
Namun mengutip kata-kata Prabowo Subianto bahwa "Prayer is not a strategy.", maka hal itu sebenarnya perlu diberikan perhatian dan dibuatkan penanganan yang mampu mereduksi potensi luapan air ke wilayah sekitar aliran sungai.
Mungkin kami cuma bisa berharap agar pihak-pihak berwenang terketuk hatinya dan berinisiatif untuk membuat langkah penanganan sehingga luberan bisa dicegah.
Semoga tulisan ini turut bisa menginformasikan bepada para pembaca bahwa masih ada wilayah-wilayah pinggiran yang juga mengalami banjir yang sama tidak nyamannya ketika hal itu terjadi di pusat kota atau daerah metropolitan.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H