Setelah ditunggu-tunggu sekian lama oleh banyak kalangan perihal aksi pelarian dirinya yang "fenomenal" dari Jepang ke Lebanon pada medio pergantian tahun baru 2020 lalu, Carlos Ghosn akhirnya melakukan konferensi pers pertamanya di hadapan publik pada 8 Januari 2020.Â
Para wartawan, pemerintah, aparat penegak hukum, dan juga pecinta teka-teki menunggu seperti apa sebenarnya detail kisah pelarian yang dramatis tersebut. Bagaimana bisa Carlos Ghosn keluar dari negara yang tengah memantaunya dengan begitu ketat? Bagaimana dia bisa berhasil menjangkau Negara Lebanon padahal antara Jepang dan Lebanon dipisahkan oleh jarak nan jauh serta sistem birokrasi yang panjang? Mengapa tidak sedikit yang baru menyadari pelarian Ghosn justru ketika ia sudah mencapai tanah pelariannya di Beirut?Â
Ada setumpuk pertanyaan untuk mengulik rasa penasaran publik dunia terkait aksi ala "escape plan" yang dilakukan oleh Carlos Ghosn ini. Sebuah bukti bahwa ia tidak hanya mumpuni dan cakap dalam mengelola pabrik otomotif kelas dunia, tetapi juga melakukan tindakan berani yang mempermalukan hukum di tanahnya para ninja dan samurai.
Dalam konferensi pers pertamanya setelah melarikan diri dari Jepang ke Lebanon, Ghosn lebih banyak menyampaikan alasan terkait mengapa ia melarikan diri dan menuding beberapa pihak telah berkonspirasi untuk menjatuhkannya. Namun satu hal yang membuat publik penasaran yaitu perihal aksi pelariannya justru ia bungkam. Ia tidak banyak membicarakan terkait bagaimana caranya melarikan diri. Hanya sekelibat pernyataan singkat bahwa aksinya memang penuh risiko dan teori pelariannya yang beredar luas selama ini tidak semuanya benar.Â
Dengan demikian publik masih akan terus menerka-nerka seperti apa gerangan detik-detik pelarian Ghosn itu. Serasa drama pelarian Carlos Ghosn seperti antiklimaks. Padahal mungkin aksinya ini sangat layak diadopsi kedalam film garapan Hollywod sebagai sebuah film pelarian diri paling fenomenal dekade ini.
Sebuah Teori Pelarian Diri Ghosn
Seiring Ghosn yang tidak menyampaikan rincian aksi pelarian dirinya, mungkin untuk mengobati rasa penasaran itu kita bisa melihat teori yang paling umum dibicarakan media-media dunia terkait kisah pelarian Carlos Ghosn ini.Â
Carlos Ghosn yang menyandang status bebas bersyarat serta tiga paspor utamanya ditahan seharusnya tidak cukup leluasa untuk bepergian jauh dari rumah tempat tinggalnya di Jepang. Terlebih disana terdapat kamera keamanan yang terus memantau gerak-gerik Ghosn setiap saat. Namun apa daya itu hanya sebuah kamera yang sebatas merekam gerak-gerik Ghosn tanpa memiliki kuasa lebih untuk menahan sang eks CEO Nissan itu.
Pada awal aksi pelariannya, Carlos Ghosn sebenarnya tertangkap kamera keamanan tengah keluar dari rumahnya di Tokyo. Ditengarai kala itu Ghosn sedang melakukan pertemuan dengan dua orang yang akan membantunya melakukan proses melarikan diri. Dua warga itu disebut-sebut berwarga negara Amerika Serikat (AS) berlatar belakang mantan pasukan khusus yang salah satunya bernama Michael Taylor.Â
Michael Taylor disebut-sebut sebagai kontraktor keamanan swasta dan merupakan seorang ahli dalam seni melarikan diri. Sedangkan satu orang lagi selain disebut sebagai warga AS, juga disebut sebagai orang berkebangsaan Lebanon bernama George Antoine.Â
Dua orang inilah yang kemungkinan mendampingi Ghosn melakukan perjalanan dari Shinigawa dimana mereka bertemu menuju hotel di dekat Kansai International Airport Osaka dengan mengendarai Shinkansen.
Ghosn dan kedua orang tadi bersama-sama masuk ke hotel, namun tidak lama setelah itu kamera keamanan mendapati bahwa hanya dua orang saja yang meninggalkan hotel. Carlos Ghosn sudah tidak terlihat lagi. Namun dua orang yang terpantau kamera itu terlihat membawa dua kotak besar.Â
Sebuah kotak yang biasanya dipakai untuk mengemas peralatan musik audio, tetapi ukurannya lebih dari cukup untuk menampung satu tubuh manusia. Diperkirakan Ghosn disembunyikan pada salah satu kotak besar itu.
Kotak itu mungkin dilubangi di sebagian sisinya untuk memberikan asupan udara jikalau memang Ghosn ada didalamnya. Tak lama setelah itu, dua orang yang disebut membantu aksi pelarian diri Ghosn terlihat sedang menyelesaikan proses pemeriksaan paspor. Sedangkan Ghosn terbebas dari pantauan karena bersembunyi di sebuah kotak yang dinilai terlalu besar untuk pemeriksaan X-Ray. Pertanyaannya, mengapa harus di Osaka?Â
Beberapa sumber menyebutkan bahwa "tim" pelarian Ghosn sudah memantau beberapa bandara hingga menemukan celah keamanan di bandara yang terdapat di Osaka. Ghosn pun diterbangkan menggunakan jet pribadi berkode TC-TSR dan tiba di Istambul Turki pada pagi harinya.
Intrik pelarian Ghosn tidak berhenti sampai disitu. Ditengarai ada beberapa orang di Turki yang juga turut membantu lolosnya Ghosn dari pengawasan aparat keamanan Turki. Terbukti dengan cukup singkatnya jeda "transit" Ghosn di Turki yang hanya sekitar 45 menit.Â
Keterlibatan orang lain dalam aksi pelarian Ghosn ini diketahui setelah ada sekitar tujuh orang yang diamankan oleh aparat hukum Turki. Mereka diantaranya adalah para pilot yang mengantar penerbangan Ghosn.Â
Aksi pelarian ini terlihat sangat sistematis mengingat dua negara besar yaitu Jepang dan Turki sama-sama kecolongan bahwa ada sosok penting yang kabur melewati wilayah teritori mereka tanpa diketahui. Luar biasanya lagi dari proses pelarian diri Carlos Ghosn adalah terkait pemilihan momen waktu yang sungguh tepat. Mengapa? Ghosn memilih waktu pelariannya dimalam ketika rakyat Jepang tengah larut dalam euforia Hakone Ekiden.Â
Sebuah lomba lari yang skalanya menghebohkan seluruh Jepang dimana rutenya yaitu dari pusat Kota Tokyo menuju Gunung Fujiyama dan balik lagi ke Tokyo dengan durasi waktu dua hari. Rute hari pertama, Tokyo -- Fujiyama. Rute hari kedua, Fujiyama -- Tokyo. Sehingga tidak mengehrankan ketika fokus publik begitu terarah pada acara ini. Barangkali pemberitaan tentang Carlos Ghosn tidak ada seujung kuku untuk diperhatikan. Mungkin hal ini juga sudah diperhitungkan oleh Ghosn dan timnya untuk memilih waktu yang paling memungkinkan lolos dari atensi publik.Â
Tentunya bukan perkara mudah untuk lepas dari sorotan ketika seseorang berada di pusat kota Tokyo, terlebih ia merupakan tokoh publik yang terkenal. Hanya sebuah acara besar seperti Hakone Ekiden-lah yang sanggung menyerap atensi publik lebih dari biasanya. Sayangnya, itulah momen yang membuat Jepang terlena hingga Ghosn lepas dari pengawasan.
Carlos Ghosn memang telah keluar dari Jepang, tetapi episode perjalanannya kemungkinan masih akan berlanjut. Jepang tidak akan diam begitu saja setelah dipermalukan oleh Ghosn melalui aksi pelariannya ini.Â
Kita lihat nanti akan seperti apa perseteruan kedua belah pihak. Akankah ada sesuatu yang luar biasa lagi? Bukan tidak mungkin klimaks sesungguhnya dari episode pelarian Carlos Ghosn ini masih baru sekadar permulaan. Kita tunggu saja.
Salam hangat,
Agil S Habib
NB:
Tulisan ini adalah kelanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul 'Misteri "Escape Plan" ala Carlos Ghosn' yang publish di Kompasiana pada 6 Januari 2020.
Refferensi :
[1]; [2]; [3]; [4]; [5]; [6]; [7]; [8]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H