Salah satu opsi yang belakangan mengemuka adalah dengan melakukan bailout. Salah satu syarat utama mengapa bailout harus dilakukan adalah terkait potensi dampak sistemik yang bakalan terjadi.
Namun sejauh apa takaran besarnya dampak tersebut tentunya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan segenap institusi terkait mesti melakukan analisis secara mendalam terhadap hal ini. Bagaimanapun juga bailout hendaknya menjadi langkah terakhir yang seharusnya ditempuh dalam upaya penyelamatan sistem ekonomi kita.
Segenap perusahaan asuransi khususnya serta perusahaan jasa keuangan pada umumnya hendaknya mampu mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada kasus Jiwasraya ini. Sampai-sampai pada pembukaan pasar modal di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal tahun 2020 ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpesan kepada beberapa kalangan agar tidak lagi melakukan aksi goreng saham dan sejenisnya.
Sepertinya pernyataan presiden tersebut merupakan sinyal terkait kondisi Jiwasraya yang terpuruk akibat memilih istrumen saham yang buruk dan berisiko tinggi alias saham gorengan.
Pihak penyedia jasa asuransi juga hendaknya tidak mengumbar janji manis yang terlalu berlebihan sebagaimana yang dilakukan oleh asuransi Jiwasraya yang menjanjikan imbal balik hasil sebesar 9 -- 13 persen per tahun padahal BI rate hanya berkisar pada 5 persen saja. Masyarakat selaku nasabah hendaknya lebih jeli untuk memilih asuransi agar tidak terjebak dalam pusaran kasus Jiwasraya ini.
Jiwasraya memang penuh masalah. Selain karena buruknya pengelolaan aset untuk investasi, ditengarai juga disana ada permainan yang menjurus pada praktik korupsi.
Saat ini pihak Kejaksaan Agung (MA) tengah melakukan proses penyidikan guna mengungkap dalang dibalik korupsi yang merugikan uang negara hingga Rp 13,7 triliun tersebut. Sudah cukup banyak saksi yang diperiksa namun hingga kini pihak MA masih belum menetapkan satupun nama tersangka.
Mantan Sekretaris Kementrian BUMN Said Didu menyampaikan keheranannya terkait kasus gagal bayar polis asuransi Jiwasraya ini. Said Didu mempertanyakan bagaimana bisa sebuah perusahaan yang sedang untung tiba-tiba anjlok demikian parah.
Menurutnya ada 3 alasan yang mungkin memicu terjadinya hal ini. Pertama, pimpinannya jadi gila. Kedua, terjadi tsunami ekonomi. Ketiga, ada perampokan.
Asuransi Jiwasraya memang sebelumnya mengalami periode gemilang dengan menjadi perusahaan asuransi terbaik di Indonesia tahun 2015 dan 2016.
Keuntungannya pun kala itu cukup tinggi dan dikatakan mencapai angka Rp 2 triliun. Meskipun pada tahun mengalami penurunan angka keuntungan dengan "hanya" Rp 400 miliar.