Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Generasi Berkah Beraksi Kreatif untuk Ibadah

23 Desember 2019   14:22 Diperbarui: 23 Desember 2019   14:32 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibadah haji memang perlu disiapkan sejak dini | Sumber gambar : tirto.id

"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.." (Q.S. Al-Baqarah : 196)

Setiap muslim memiliki satu orientasi yang sama dalam hidup, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Amal ibadah apapun yang kita kerjakan semata-mata hanya ditujukan untuk mendapatkan ridho-Nya. Untuk menggapai surga-Nya yang tertinggi. Kita mengerjakan sholat, bersedekah, menunaikan ibadah puasa, bekerja menafkahi keluarga, mengucap dzikir, dan segenap ibadah lainnya adalah untuk mewujudkan tujuan besar itu. Namun dari semua ibadah ritual yang menjadi kewajiban seorang muslim, menunaikan ibadah haji bisa dibilang sebagai puncak penyempurna ibadah. Seorang motivator ternama tanah air, Ary Ginanjar Agustian, dalam buku ESQ "mengistilahkan" ibadah haji ini sebagai total action. Dengan kata lain ibadah haji merupakan summary dari aktivitas ibadah ritual seorang muslim secara keseluruhan.

Yang membedakan antara haji dengan ibadah ritual lain adalah terkait syarat "mampu" yang menyertainya. Sebagaimana kita tahu, menunaikan ibadah haji itu hanya dilakukan di negara Arab Saudi. Lebih khusus di Mekkah, Madinah, serta beberapa kota lain yang terkait dalam rangkaian ibadah haji. Tentunya butuh ongkos yang tidak sedikit untuk bisa berangkat kesana.

Biaya haji pada tahun 2019 saja sebesar Rp 35.5 juta, hal ini sesuai keputusan yang disepakati oleh Komisi VIII DPR RI dengan pemerintah atau dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag). Sedangkan untuk menunaikan ibadah umrah, biaya yang diperlukan berada pada kisaran Rp 20 juta-an tergantung pada paket umroh yang ditawarkan oleh travel penyelenggara.

Bukan angka yang kecil memang. Namun bukan berarti tidak bisa digapai. Terlebih oleh generasi milenial yang mendapatkan "cap" generasi kreatif. Besaran biaya yang dibutuhkan tersebut sebenarnya bisa dipersipakan sejak jauh-jauh hari. Syaratnya tentu kita harus menyiasatinya dengan cara-cara yang kreatif. Sebagai generasi masa kini, tentunya ada cukup banyak kebutuhan berikut keinginan yang perlu dipenuhi.

Ada baju model baru yang ingin dibeli, ada smartphone keluaran terbaru yang ingin dimiliki, ada yang memiliki tanggungan membantu biaya hidup keluarga, ada yang memiliki harapan untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, ada yang ingin berlibur ke luar negeri, dan masih banyak lagi. Semua itu sudah lebih dari cukup untuk menjadikan keinginan berhaji atau umrah berada pada urutan terakhir. Namun bagi seorang kreatif yang ingin meraih keberkahan dalam hidup tentu akan melakukan hal-hal yang lain daripada kebanyakan orang di generasinya.

Ketika sebagian orang tengah "khusyuk" dengan kesenangan dan hasrat memanjakan diri, mereka yang mendambakan keberkahan hidup akan menempuh cara yang berbeda. Generasi berkah akan merelakan sebagian dari penghasilan yang mereka miliki untuk dialokasikan sebagai dana persiapan menuju tanah suci. Mereka akan menabungkan sebagian uangnya hingga pada periode ketika jumlahnya mencukupi untuk membawa mereka menjadi tamu Allah SWT dan mengecup baitullah.

Strategi Alokasi Penghasilan

Dalam rangka membuat alokasi pendapatan sehingga memiliki manfaat yang mumpuni bagi kehidupan kita saat ini dan dimasa yang akan datang, kita mungkin bisa mengadopsi konsep 10-20-30-40 dalam menentukan proporsi pengalokasian dari penghasilan yang kita miliki. Dalam sebuah artikel di laman kompas.com, seorang pakar keuangan dan investasi Rudiyanto Zh menunjukkan alokasi apa saja yang perlu kita perhatikan berdasarkan konsep 10-20-30-40 tersebut.

  • 10% untuk Kebaikan

Dalam hal ini penting bagi kita menyisihkan sebagian penghasilan untuk berbagi manfaat kepada orang lain. Misalnya dengan bersedekah, membantu orang tua, atau sejenisnya. Ini penting kita lakukan agar kita tidak menjadi makhluk yang diperbudak uang. Anthony Robbin pernah mengatakan bahwa dengan memberi kepada orang lain maka hal itu akan mengajari otak kita untuk merasa berkecukupan.

  • 20% Masa Depan

Ada banyak hal dimasa depan yang tentunya ingin kita capai atau lindungi seperti memiliki hunian sendiri, dana pensiun, biaya sekolah anak, investasi, hingga perlindungan kesehatan. Rencana masa depan perlu mendapatkan porsi khusus dari alokasi penghasilan kita.

  • 30% Cicilan

Terkadang setiap orang memiliki kebutuhan ataupun keinginan yang berbeda-beda satu sama lain. Hanya saja mereka memiliki keterbatasan dalam hal pendanaan jikalau harus memenuhi semuanya dengan pembayaran secara tunai. Ingin memiliki rumah hunian pribadi namun hanya cukup untuk membayar Down Payment (DP) saja. Sehingga mau tidak mau cicilan adalah suatu keharusan yang mesti dijalani. Demikian halnya ketika seseorang memiliki keinginan membeli mobil, merenovasi rumah, dan lain sebagainya sedangkan sumber keuangannya relatif terbatas. Satu-satunya cara yang bisa ditempuh adalah dengan membeli dengan cara diangsur selama beberapa periode waktu tertentu.

  • 40% Kebutuhan

Kita semua tentu memiliki kebutuhan harian yang tidak bisa ditunda-tunda pemenuhannya seperti kebutuhan untuk makan, pasokan listrik, suplai air, bahkan hingga pulsa untuk internet. Selayaknya suatu kebutuhan, tentu kita harus memberikan alokasi penghasilan yang memadai terhadapnya. Dalam hal ini kita harus benar-benar bisa memilah mana-mana saja yang tepat dikategorikan sebagai kebutuhan. Karena terkadang beberapa orang mencampuradukkan antara keinginan serta kebutuhan yang berakibat pada "semrawutnya" pengelolaan keuangan pribadi.

Sebenarnya ada beberapa metode lain terkait bagaimana melakukan pengelolaan alokasi penghasilan selain konsep 10-20-30-40. Kita bebas memilih yang mana saja asalkan bisa membantu kita untuk disiplin membuat pengalokasian penghasilan. Hal ini juga merupakan bentuk kreativitas agar segala rencana masa depan kita bisa terealisasi sebagaimana yang kita harapkan.

Tabungan Haji

Rencana untuk bisa berkunjung ke baitullah bisa kita plotkan pada salah satu proporsi alokasi yang telah kita tentukan. Kita bisa meletakkannya sebagai bagian dari rencana masa depan. Mungkin kita akan mengalokasikan sejumlah tertentu dari penghasilan kita untuk ditabung sebagai persiapan untuk naik haji. Dalam hal ini kita sebenarnya membutuhkan "alat bantu" untuk memungkinkan kita lebih disiplin dalam menunaikan kebiasaan menabung. Bank Danamon melalui program Tabungan Haji Danamon merupakan alat bantu yang sesuai bagi generasi kreatif yang ingin menjadikan kehidupan berkah melalui ibadah haji. Melalui program ini kita bisa memilih layanan penyiapan ibadah haji dengan dua pilihan mekanisme.

Tabungan Haji untuk menyiapkan bekal ibadah masa depan | Sumber gambar : www.danamon.co.id
Tabungan Haji untuk menyiapkan bekal ibadah masa depan | Sumber gambar : www.danamon.co.id

Pertama, menggunakan Rekening Tabungan Jemaah Haji (RTJH). Dalam hal ini generasi kreatif yang menjadi nasabah Bank Danamon bisa melakukan pendaftaran haji melalui pembayaran setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) sebesar Rp 25 juta dan terkoneksi langsung dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia. Dalam fitur ini nasabah tidak akan dibebani dengan biaya administrasi bulanan, ataupun biaya penutupan rekening alias gratis.

RJTH dapat diurus dengan mudah di kantor cabang Bank Danamon sesuai domisili. Pasca memberikan setoran awal RP 25 juta, calaon jemaah bisa mendatangi Kantor Kemenag dengan membawa bukti setoran. Setelah mengisi beberapa berkas pendaftaran maka calon jemaah akan mendapatkan nomor porsi. Apabila hal ini selesai dilakukan maka calon jamaah tinggal menjalani pelunasan sembari menunggu antrian keberangkatan haji. Perlu diketahui bahwa masa tunggu keberanggakan calon jemaah haji asal Indonesia pada saat ini terbilang cukup lama. Wilayah Jawa Timur masa tunggunya sekitar 24 tahun, Jawa Barat 20 tahun, DKI Jakarta 19 tahun, Nusa Tenggara Barat 26 tahun, dan bahkan wilayah Sulawesi Selatan mencapai 39 tahun. Meski masa tunggu yang ada saat ini masih cukup panjang, namun hal itu sebenarnya justru menjadi kesempatan bagi kita untuk menambah pundi-pundi tabungan haji.

Kedua, Tabungan Rencana Haji iB. Bagi generasi kreatif yang "malas" datang ke kantor cabang bank guna melakukan setoran tabungan haji bisa juga menggunakan fitur ini karena proses debet bisa dilakukan secara otomatis (auto) dari rekening sumber ke rekening Tabungan Rencana Haji iB. Dalam hal ini jumlah dan jangka waktu setoran bisa diatur sesuai pilihan kita. Setoran rutin bisa dilakukan dengan angka mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 5 juta per bulan. Sedangkan untuk jangka waktunya berkisar antara 6 -- 72 bulan. Didalam fitur ini nasabah juga mendapatkan layanan asuransi jiwa syariah secara gratis.

Program yang diluncurkan oleh Bank Danamon ini bisa dilakukan link and match dengan perencanaan alokasi penghasilan yang telah kita lakukan sebelumnya. Tergantung program mana yang kiranya paling kita anggap cocok.

Persiapan "Inti" Ibadah Haji

Dengan memiliki rekening haji sebagai langkah persiapan secara materiil, setidaknya hal itu sudah bisa membuat kita lebih tenang. Sekarang kita tidak perlu terlalu disibukkan dengan aspek finansial sehingga bisa lebih fokus mengurus persiapan teknis pelaksanaan haji itu sendiri. Ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan dalam rangka mempersiapkan "inti" dari ibadah haji, diantaranya :

1. Memperkaya Khasanah Pengetahuan tentang Ibadah Haji

Sebagai seorang jemaah haji tentunya harus mengetahui hal-hal terkait pelaksanaan ibadah haji itu sendiri. Mulai dari syarat sah haji, rukun haji, hingga doa-doa yang dilantunkan ketika melakukan sebuah ritual dalam rangkaian ibadah haji. Minimal ketika sudah berada di tanah suci kita tidak terlalu bingung untuk menjalankan tahapan demi tahapan ibadah haji.

Selain itu, perlu juga bagi kita memperhatikan tips-tips saat berada di tanah suci seperti kapan waktu yang tepat untuk mencium Hajar Aswad, dimana menaruh sandal agar tidak hilang di lingkungan masjid, dan lain sebagainya. Bahkan tips-tips ringan pun bisa sangat bermanfaat tatkala nanti sudah berada di tanah suci.

2. Persiapan Fisik dan Psikis

Berolah raga rutin setiap hari, mengatur pola makan, dan melakukan pengecekan kesehatan guna memantau kondisi fisik terkini.

3. Menyiapkan Daftar Perlengkapan Haji

Saat menunaikan ibadah haji tentu ada banyak barang yang perlu kita bawa seperti pakaian ganti atau sejenisnya. Lingkungan di tanah arab pastinya jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia sehingga perlu adanya pakaian khusus. Bahkan kuota inernet pun penting untuk disiapkan. Dalam hal ini kita bisa mencari referensi kira-kira barang atau peralatan apa saja yang perlu untuk dibawa selama perjalanan menunaikan ibadah haji.

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi :

[1] ; [2] ; [3] ; [4] ; [5] ; [6] ; [7] ; [8] ; [9]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun