"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.." (Q.S. Al-Baqarah : 196)
Setiap muslim memiliki satu orientasi yang sama dalam hidup, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Amal ibadah apapun yang kita kerjakan semata-mata hanya ditujukan untuk mendapatkan ridho-Nya. Untuk menggapai surga-Nya yang tertinggi. Kita mengerjakan sholat, bersedekah, menunaikan ibadah puasa, bekerja menafkahi keluarga, mengucap dzikir, dan segenap ibadah lainnya adalah untuk mewujudkan tujuan besar itu. Namun dari semua ibadah ritual yang menjadi kewajiban seorang muslim, menunaikan ibadah haji bisa dibilang sebagai puncak penyempurna ibadah. Seorang motivator ternama tanah air, Ary Ginanjar Agustian, dalam buku ESQ "mengistilahkan" ibadah haji ini sebagai total action. Dengan kata lain ibadah haji merupakan summary dari aktivitas ibadah ritual seorang muslim secara keseluruhan.
Yang membedakan antara haji dengan ibadah ritual lain adalah terkait syarat "mampu" yang menyertainya. Sebagaimana kita tahu, menunaikan ibadah haji itu hanya dilakukan di negara Arab Saudi. Lebih khusus di Mekkah, Madinah, serta beberapa kota lain yang terkait dalam rangkaian ibadah haji. Tentunya butuh ongkos yang tidak sedikit untuk bisa berangkat kesana.
Biaya haji pada tahun 2019 saja sebesar Rp 35.5 juta, hal ini sesuai keputusan yang disepakati oleh Komisi VIII DPR RI dengan pemerintah atau dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag). Sedangkan untuk menunaikan ibadah umrah, biaya yang diperlukan berada pada kisaran Rp 20 juta-an tergantung pada paket umroh yang ditawarkan oleh travel penyelenggara.
Bukan angka yang kecil memang. Namun bukan berarti tidak bisa digapai. Terlebih oleh generasi milenial yang mendapatkan "cap" generasi kreatif. Besaran biaya yang dibutuhkan tersebut sebenarnya bisa dipersipakan sejak jauh-jauh hari. Syaratnya tentu kita harus menyiasatinya dengan cara-cara yang kreatif. Sebagai generasi masa kini, tentunya ada cukup banyak kebutuhan berikut keinginan yang perlu dipenuhi.
Ada baju model baru yang ingin dibeli, ada smartphone keluaran terbaru yang ingin dimiliki, ada yang memiliki tanggungan membantu biaya hidup keluarga, ada yang memiliki harapan untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, ada yang ingin berlibur ke luar negeri, dan masih banyak lagi. Semua itu sudah lebih dari cukup untuk menjadikan keinginan berhaji atau umrah berada pada urutan terakhir. Namun bagi seorang kreatif yang ingin meraih keberkahan dalam hidup tentu akan melakukan hal-hal yang lain daripada kebanyakan orang di generasinya.
Ketika sebagian orang tengah "khusyuk" dengan kesenangan dan hasrat memanjakan diri, mereka yang mendambakan keberkahan hidup akan menempuh cara yang berbeda. Generasi berkah akan merelakan sebagian dari penghasilan yang mereka miliki untuk dialokasikan sebagai dana persiapan menuju tanah suci. Mereka akan menabungkan sebagian uangnya hingga pada periode ketika jumlahnya mencukupi untuk membawa mereka menjadi tamu Allah SWT dan mengecup baitullah.
Strategi Alokasi Penghasilan
Dalam rangka membuat alokasi pendapatan sehingga memiliki manfaat yang mumpuni bagi kehidupan kita saat ini dan dimasa yang akan datang, kita mungkin bisa mengadopsi konsep 10-20-30-40 dalam menentukan proporsi pengalokasian dari penghasilan yang kita miliki. Dalam sebuah artikel di laman kompas.com, seorang pakar keuangan dan investasi Rudiyanto Zh menunjukkan alokasi apa saja yang perlu kita perhatikan berdasarkan konsep 10-20-30-40 tersebut.
- 10% untuk Kebaikan
Dalam hal ini penting bagi kita menyisihkan sebagian penghasilan untuk berbagi manfaat kepada orang lain. Misalnya dengan bersedekah, membantu orang tua, atau sejenisnya. Ini penting kita lakukan agar kita tidak menjadi makhluk yang diperbudak uang. Anthony Robbin pernah mengatakan bahwa dengan memberi kepada orang lain maka hal itu akan mengajari otak kita untuk merasa berkecukupan.
- 20% Masa Depan
Ada banyak hal dimasa depan yang tentunya ingin kita capai atau lindungi seperti memiliki hunian sendiri, dana pensiun, biaya sekolah anak, investasi, hingga perlindungan kesehatan. Rencana masa depan perlu mendapatkan porsi khusus dari alokasi penghasilan kita.
- 30% Cicilan
Terkadang setiap orang memiliki kebutuhan ataupun keinginan yang berbeda-beda satu sama lain. Hanya saja mereka memiliki keterbatasan dalam hal pendanaan jikalau harus memenuhi semuanya dengan pembayaran secara tunai. Ingin memiliki rumah hunian pribadi namun hanya cukup untuk membayar Down Payment (DP) saja. Sehingga mau tidak mau cicilan adalah suatu keharusan yang mesti dijalani. Demikian halnya ketika seseorang memiliki keinginan membeli mobil, merenovasi rumah, dan lain sebagainya sedangkan sumber keuangannya relatif terbatas. Satu-satunya cara yang bisa ditempuh adalah dengan membeli dengan cara diangsur selama beberapa periode waktu tertentu.
- 40% Kebutuhan
Kita semua tentu memiliki kebutuhan harian yang tidak bisa ditunda-tunda pemenuhannya seperti kebutuhan untuk makan, pasokan listrik, suplai air, bahkan hingga pulsa untuk internet. Selayaknya suatu kebutuhan, tentu kita harus memberikan alokasi penghasilan yang memadai terhadapnya. Dalam hal ini kita harus benar-benar bisa memilah mana-mana saja yang tepat dikategorikan sebagai kebutuhan. Karena terkadang beberapa orang mencampuradukkan antara keinginan serta kebutuhan yang berakibat pada "semrawutnya" pengelolaan keuangan pribadi.
Sebenarnya ada beberapa metode lain terkait bagaimana melakukan pengelolaan alokasi penghasilan selain konsep 10-20-30-40. Kita bebas memilih yang mana saja asalkan bisa membantu kita untuk disiplin membuat pengalokasian penghasilan. Hal ini juga merupakan bentuk kreativitas agar segala rencana masa depan kita bisa terealisasi sebagaimana yang kita harapkan.
Tabungan Haji