Bayangkan seandainya pesanan pesawat Airbus itu kita alihkan ke negara non Uni Eropa seperti Boeing milik Amerika Serika (AS) atau Sukhoi milik Rusia. Betapa besar "kehilangan" yang dirasakan oleh UE nantinya.
Sepertinya episode dari drama pelarangan sawit ke UE ini masih akan berlangsung panjang. Mereka yang berkepentingan terhadap bijih nikel dan order pesawat Airbus turut terbawa dalam polemik sawit.
Sepertinya lini-lini bisnis kita memiliki potensi "solidaritas" untuk mendukung satu sama lain dimana saat sebuah komoditas tertolak, maka komoditas lainnya akan turut serta bertindak.
Mungkin polemik ini akan berlanjut pada lobi tingkat tinggi antar pemimpin di UE dengan pemerintah Republik Indonesia (RI). Setidaknya dari peristiwa ini kita menunjukkan kepada bangsa eropa bahwa Indonesia pun mampu untuk "menggertak".
Sebagai warga Indonesia tentu kita berharap bahwa pemerintah mampu bersikap yang terbaik untuk kepentingan bangsa ini. Pelarangan ekspor bijih nikel mesti memiliki dampak positif yang lebih besar dibandingkan efek negatifnya.
Jangan sampai pemberlakuan kebijakan tersebut hanyalah sekadar luapan emosi tanpa memiliki pertimbangan panjang dan mendalam. Semestinya sebuah kebijakan memiliki orientasi kepentingan jangka panjang bagi bangsa ini. Demikian halnya dengan "dorongan" untuk membatalkan pemesanan pesawat Airbus.
Hal itu haruslah bukan sekadar langkah sakit hati. Mengingat dunia penerbangan adalah salah sektor yang paling rawan menyangkut keselamatan nyawa manusia.
Terlebih pada saat ini pesawat Airbus dinilai sebagai yang paling memberikan rasa aman dalam dunia penerbangan setelah beberapa pesawat produksi Boeing yang beroperasi di Indonesia mengalami kecelakaan seperti yang terjadi pada JT610 milik maskapai Lion Air beberapa waktu lalu.
Selain itu kita juga tentu masih ingat kasus kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 milik Rusia yang menabrak Gunung Salak saat melakukan uji terbang di Indonesia beberapa tahun lalu.
Pada intinya ada aspek-aspek lain yang patut untuk dipertimbangkan sebelum menempuh sebuah langkah kebijakan. Sakit hati, emosi, atau gengsi sebagai dasar pengambilan keputusan seringkali akan membawa dampak buruk terhadap suatu keputusan.
Sehingga sangatlah penting untuk membuat keputusan dengan kepala dingin serta pertimbangan yang matang. Hitung-hitungannya harus detail dan berorientasi jangka panjang. Semoga pemerintah kita mampu memberikan keputusan yang tepat demi kebaikan bangsa ini kedepan.