Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

#SandhySandoroCabul dan Kebiasaan "Kepo" terhadap Kehidupan Orang Lain

27 November 2019   07:41 Diperbarui: 27 November 2019   07:50 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini trending topic twitter memunculkan tagar #SandhySandoroCabul seiring tangkapan layar pada akun twitter Sandhy Sandoro yaitu @SandoroMusic yang diunggah oleh akut @opposite6980 beberapa waktu lalu. Dari unggahan tersebut diketahui bahwa akun @SandoroMusic memberikan like pada sebuah postingan berbau dewasa. Sontak hal inipun menarik banyak perhatian netizen yang menganggap tindakan Sandhy Sandoro tidak etis untuk dilakukan sebagai seorang publik figur. Banyak postingan netizen yang mencemooh, meledek, atau mengejek Sandy Sandoro terkait trending ini.

Sandhy Sandoro yang menajdi sasaran ejekan pun sepertinya masih belum memberikan tanggapan apapun terkait hal ini. Entah karena dia menyadari "kekhilafannya" atau karena ia menganggap bahwa trending yang saat ini terjadi adalah sesuatu yang tidak perlu ditanggapi secara serius. Perihal me-like konten dalam sebuah laman media sosial (medsos) sebenarnya adalah hak pribadi setiap orang. Tidak ada aturan yang melarang publik figur untuk me-like postingan dewasa.

Yang ada hanyalah batasan moral dan norma sebagai pengingat bahwa ada hal-hal tertentu yang sekiranya tidak layak dipertontonkan di ruang publik. Memang belum ada kejelasan bahwa Sandhy Sandoro sendirilah yang membubuhkan like pada konten dewasa itu. Bisa jadi ada orang lain yang tengah memakai akun Sandhy atau memang ada yang meretas. Akan tetapi yang kita saksikan saat ini adalah akun @SandoroMusic tengah menjadi bulan-bulanan netizen. Sepertinya inilah konsekuensi moral yang memang harus diterima.

Dari tagar #SandhySandoroCabul kita juga bisa mengetahi beberapa hal yang menjadi potret fenomena perilaku para netizen atau warganet saat ini. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, trending topic ini dimulai ketika akun @opposite6980 mem-posting unggahan tangkapan layar laman twitter @SandoroMusic.

Dengan kata lain akun @opposite6980 tengah "kepo" terhadap twitter Sandhy Sandoro. Kebiasaan kepo atau Knowing Every Particular Object atau selalu ingin tahu kondisi dari suatu objek tertentu. Dalam kasus tagar #SandhySandoroCabul ini akun @opposite6980 adalah seorang yang kepo terhadap ranah pribadi Sandhy Sandoro. @opposite6980 adalah cerminan dari sebagian pelaku medsos yang memiliki kecenderungan untuk memperhatikan dan mencari tahu kondisi orang lain, khsusnya publik figur.

Padahal belum jelas keuntungan apa yang kita dapat dari kebiasaan kepo terhadap kondisi orang lain. Apakah mereka yang kepo dan menemukan sisi "unik" dari kekepoannya itu lantas mengumbarnya kemuka umum bisa mendapatkan kepuasan pribadi? Mungkin iya. Jika memang demikian maka tujuan dari kepo adalah untuk membuktikan kepada orang lain bahwa kita adalah termasuk pribadi yang eksis. Apa yang dicari dari tindakan seperti ini? Perhatian. Kita butuh perhatian. Kebiasaan kepo terhadap kehidupan orang lain hanyalah upaya untuk mendapatkan perhatian.

Ibarat orang yang berdagang. Mereka butuh mencari pemasok barang dagangannya sebelum akhirnya dijual ke orang lain. Kepo memiliki kesamaan dengan tindakan membeli barang dari pemasok. Hasil dari kekepoan itu kemudian "diperdagangkan" kepada orang lain seperti @opposite6980 yang mengunggah "temuannya" di laman twitter hingga menjadi trending topic ke seantero negeri. Dalam hal ini sebenarnya tidak ada label benar atau salah, karena fenomena ini hanya menunjukkan tentang potret sebuah kebiasaan pengguna internet. Khususnya di negeri +62.

Sebuah pelajaran berharga bisa kita petik disini bahwa dunia kini sudah sangat terbuka. Ranah privasi bisa diakses dengan mudah oleh publik dan diketahui masyarakat luas. Sehingga kita yang menggunakan medsos harus lebih bijak dalam memberikan tanggapan ataupun komentar. Selain itu kita juga harus lebih bijak dalam menyikapi perilaku orang lain di laman medsos.

Kita boleh kepo, namun alangkah baiknya apabila hal itu "disalurkan" terhadap hal-hal yang lebih bermanfaat. Kekepoan kita seharusnya membuat wawasan positif kita bertambah, bukan justru sebaliknya. Jikalau dengan kepo itu malah membuat kita semakin senang menggunjingkan orang lain maka lebih baik kita tidak tahu samasekali.

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi :

[1] ; [2]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun