Seorang "aktivis" di dunia maya, khususnya yang aktif menulis di blog pribadi biasanya kita sebut mereka sebagai blogger. Konten-konten tulisan yang ditampilkan oleh seorang blogger bisa beraneka ragam, tergantung pada preferensi menulis masing-masing blogger tersebut. Ada yang menulis tentang tutorial bermain game, ada yang menuliskan cara-cara menggunakan aplikasi, ada juga yang me-review kuliner, membuat resensi buku, sinopsis film, dan lain sebagainya.
Dalam rangka menjadi seorang blogger, syarat utamanya adalah bisa menulis. Terutama membuat tulisan yang enak dibaca sehingga mampu menarik viewer dalam jumlah banyak. Seiring berkembangnya zaman, banyak blog pribadi atau website pribadi yang dimonetisasi melalui adsense seperti google adsense atau sejenisnya. Semakin banyak jumlah pengunjung blog atau website maka semakin menguntungkan juga bagi pemiliknya. Sehingga tampilan blog atau website perlu dibuat semenarik mungkin melalui tampilan yang eye catching dan konten yang berkualitas.
Dengan semakin berkembangnya dunia internet, konten-konten yang bisa dinikmati di dunia maya kini tidak lagi sebatas pada tulisan saja. Video-video juga telah menjadi bagian "unjuk gigi" seseorang yang ingin menunjukkan eksistensinya atau sekadar berbagi ide kepada orang lain. Setelah sekian lama dunia internet "dikuasai" oleh blogger, sekarang sudah semakin banyak bermunculan para vlogger atau orang-orang yang aktif menggunggah konten berbentuk video.
Secara prinsip, antara blogger dengan vlogger adalah sama. Mereka sama-sama merupakan orang-orang yang menyediakan konten untuk dinikmati para warganet. Perbedaannya, blogger lebih mengarah pada konten berbentuk tulisan. Sedangkan vlogger sendiri adalah bagian yang lebih khusus dari blogger yang menyediakan konten berbentuk video. Bisa diibaratkan kalau blogger adalah dokter umum dan vlogger adalah dokter spesialis.
Tujuan dari blogger ataupun vlogger adalah sama, menarik sebanyak mungkin viewer. "Tugas" utama mereka adalah menyajikan konten yang enak dibaca atau enak ditonton. Namun sepertinya seiring kelahiran instagram dan juga youtube, para vlogger cenderung lebih mampu menarik minat para viewer untuk berkunjung dibandingkan para blogger dengan konten tulisannya. Tulisan-tulisan dari media kenamaan saja untuk satu konten tulisan saja paling banyak hanya dilihat angka ratusan ribu. Sedangkan konten video bisa mencapai angka jutaan! Sebagai contoh saya sajikan tulisan dari laman kompas.com yang mana satu artikel tertinggi "hanya" memiliki sekitar seratus ribu viewer.
Video vs Tulisan
Kata orang, sebuah gambar bisa mewakili seribu kata-kata. Sebagian besar dari kita sepertinya cenderung lebih menyukai gambar daripada rentetan tulisan karena hal tidak terlalu "menuntut" pikiran kita untuk berfikir mencerna informasi yang ada disana. Satu frame gambar bisa jadi merepresentasikan berderet-deret kata. Melihat satu gambar kita cukup membutuhkan waktu tidak lebih dari satu detik, meski mungkin butuh waktu beberapa saat untuk mencerna informasi yang ada disana. Sedangkan untuk tulisan sendiri kita butuh waktu lebih lama guna menangkap informasi darinya. Otak kita cenderung menyukai sesuai yang simpel. Sehingga menonton video dianggap lebih menarik dibandingkan membaca buku dan sejenisnya.
Sebuah buku novel tebal Harry Poter mungkin butuh waktu berjam-jam bahkan berhari-hari untuk menamatkannya. Namun setelah novel itu diterjemahkan kedalam sebuah film kita hanya perlu beberapa jam saja menyaksikannya. Meskipun begitu sebuah tulisan memiliki "kekuatan" untuk memperinci informasi atau membentuk konteks khusus sehingga pikiran kita lebih terfokus.
Satu jenis bahasan yang sama, yang mana disajikan melalui dua cara yang berbeda yaitu salah satunya melalui tulisan sedangkan yang lain melalui video, mana yang lebih banyak menarik perhatian? Kemungkinan besar video akan lebih banyak menarik jumlah viewer. Bagaimanapun juga sebuah video memiliki kemampuan yang lebih komunikatif dalam menyampaikan sesuatu.
Di sisi lain mungkin juga hal ini memberi penjelasan terkait masih rendahnya budaya baca di negara kita. Sedangkan jumlah pengguna internet di negara kita sendiri cukup banyak. Namun patut untuk dicatat bahwa rekam jejak sejarah masa lalu umumnya diketahui oleh generasi masa kini setelah menyaksikan manuskrip atau tulisan-tulisan kuno yang ditinggalkan. Jikalau video adalah media baru untuk menyajikan suatu informasi, maka tulisan bisa jadi adalah media sepanjang masa.