Oleh karena itu, dengan terjun langsung menjadi bagian dari tim pelaksana kebijakan hal itu mungkin dianggap Prabowo lebih tepat pada masa usianya yang semakin senja ini. Namun jangan lupa, bisa saja kesediaan Prabowo ini dilandasi oleh keinginan untuk menambah Curriculum Vitae (CV) dalam rangka mencalonkan diri kembali sebagai presiden di tahun 2024 mendatang. Sebagaimana kita tahu, Prabowo tidak mempunyai cukup "amunisi" saat debat calon presiden beberapa waktu lalu karena ia seringkali hanya bisa berkata "akan".Â
"Jika terpilih menjadi presiden, saya akan melakukan reformasi birokrasi.", "Jika terpilih menjadi presiden, saya akan memberangus korupsi.", "Jika terpilih menjadi presiden, saya akan mengambil kebijakan pro rakyat.". Semua pernyataan Prabowo lebih didominasi oleh pernyataan "saya akan". Berbeda dengan Jokowi yang sudah mengenyam jabatan presiden periode sebelumnya atau sempat menduduki beberapa jabatan penting di pemerintahan daerah sehingga ia bisa berkata, "Saya telah membangun ratusan kilometer jalan tol.",Â
"Saya telah meningkatkan nilai eksport.", dan segenap kebanggaan pencapaian lain. Hal ini sepertinya yang menjadi pertimbangan pertimbangan lain Prabowo untuk bergabung menerima ajakan Presiden Jokowi sehingga kelak ia bisa berkata "saya telah", bukan "saya akan" lagi. Tentunya "nilai jual" dari kampanye Prabowo akan lebih tinggi dengan hal ini. Kita tunggu saja.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H