Era disrupsi tidak membutuhkan orang-orang yang pasif atau menunggu datangnya bola. Dengan tingkat persaingan yang ketat maka aksi jemput bola harus dilakukan. Jangan menunggu masalah datang, tetapi lakukan tidakan preventif agar masalah sudah dapat terselesaikan sebelum ia membesar.Â
Kita harus bersikap proaktif terhadap setiap kondisi yang ada di lingkungan pekerjaan kita. Mengkaji segala kondisi yang kita jalani dari waktu ke waktu serta menemukan celah untuk menjadikannya lebih baik lagi.
Sangatlah tidak mungkin semua akan berjalan dengan sempurna. Akan senantiasa ada sisi lemah yang perlu ditambal terkait suatu kondisi. Demikian halnya dengan pekerjaan yang kita jalani, hal itu juga memerlukan perbaikan terus menerus (continuous improvement).
Prinsipnya bukan tentang menjadi yang terbaik (best), tetapi menjadi lebih baik (better). Karena best cenderung membuat kita berpuas diri, sedangkan better membuat kita ingin terus bertumbuh. Untuk memastikan better ini terjadi, kita harus proaktif.
Mengedepankan ide dan menolak batasan
Setiap permasalahan adalah tantangan yang harus dituntaskan. Hanya saja terkadang sebagian orang merasa bahwa mereka tidak bisa melakukan ini dan itu karena keterbatasan dalam beberapa hal.Â
Ada yang merasa terbatasi dirinya karena modal yang kecil, ada yang merasa terbatasi karena anggaran yang sedikit, ada yang merasa terbatasi karena aturan yang berbelit-belit, dan lain sebagainya.Â
Kondisi itu tidak jarang membuat kita pasrah terhadap keadaan dan menyerah sebelum berjuang. Ini bukanlah sikap dari seseorang berpola pikir disruptif.
Disruptive mindset akan membawa seseorang bergerak melawan batasan yang ada, bukan menyerah terhadapnya. Hal ini bukan berarti menyuruh kita untuk bergerak melawan peraturan, hanya saja kita harus lebih kreatif dalam bertindak.Â
Mencari celah yang ada diantara sekian batasan yang dimiliki. Kondisi ini menuntut kita untuk mencari ide-ide baru yang memungkinkan kita untuk terus bergerak.Â
Modal kecil bukanlah halangan untuk maju dan mengembangkan usaha. Mesin yang ketinggalan zaman buanlah halangan untuk mengkreasi produk-produk berkualitas. Bagaimanapun juga aset terbesar yang dimiliki oleh seseorang bukanlah sumber daya finansial atau barang-barang berharga lainnya.Â