Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menilik Keterwakilan Perempuan di DPR, Antara Kuantitas atau Kualitas

5 Oktober 2019   08:32 Diperbarui: 5 Oktober 2019   12:30 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Boleh jadi yang diajukan sudah mencapai angka 30%, tetapi yang terpilih bisa hanya 5% saja dari masing-masing partai. Otomatis ketentuan keterwakilan perempuan di jajaran legislatif sesuai undang-undang pun gagal terpenuhi.

Selain dari diri masing-masing politisi perempuan yang ingin melibatkan diri dalam kancah perpolitikan tanah air dan dukungan setiap partai untuk membuka jalan para perempuan menjadi wakil rakyat, kita juga mesti bertanya kepada masyarakat pemilih. 

Apakah mereka berkenan menjadikan para perempuan itu sebagai wakilnya ataukah tidak. Belum tentu juga kaum perempuan di negeri ini memiliki wakil dari kaum yang sama. 

Bahkan mungkin masih banyak di antara mereka yang memilih wakil rakyat dari kaum laki-laki. Hal inilah yang barangkali perlu dilakukan kajian lebih lanjut terkait ada tidaknya kriteria gender dalam menentukan pilihan terhadap calon wakil rakyat.

Mengutip dari Katadata, jumlah penduduk Indonesia tahun 2018 mencapai angka sekitar 265 juta jiwa dimana sekitar 133,17 juta jiwa adalah laki-laki dan 131,88 juta jiwa lainnya perempuan. Secara umum jumlah kaum laki-laki masih lebih banyak dibandingkan kaum perempuan. 

Namun jumlahnya tidaklah terlalu jauh berbeda. Apabila diasumsikan bahwa kaum perempuan pasti memilih wakil rakyat dari kaumnya juga, maka seharusnya angka keterwakilan perempuan akan lebih tinggi dari sekarang. Tetapi kenyataannya tidak.

Mungkin untuk meningkatkan keterwakilan jumlah perempuan tidak semata-mata berfokus pada para kandidat wakil rakyat perempuan ataupun pada partai yang mengakomodasinya. 

Tetapi fokus haruslah dialihkan pada masyarakat pemilih yang harus tahu mengapa perempuan memiliki nilai lebih untuk dipilih. Jangan hanya sebatas pada perspektif gender lantas itu kemudian mengalahkan semua kriteria lain. 

Gender hanyalah pemberi nilai tambah. Kita mengenal perempuan sebagai pribadi yang cenderung cerewet, sensitif, dan teliti. Apabila hal ini "dioptimalkan" untuk memperjuangkan nasib rakyat barangkali akan memberikan manfaat yang luar biasa. 

Wakil rakyat yang "cerewet" atas kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat sangatlah penting. Sensitivitas wakil rakyat dalam merasakan penderitaan rakyat haruslah ada. 

Ketelitian untuk menghindari kebocoran serta penyelewengan anggaran adalah sebuah keharusan agar wakil rakyat benar-benar mampu mengemban amanah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun