Sangatlah tidak mengenakkan menjadi anak buah dengan atasan tinggi kita memberi instruksi langsung, namun saat instruksi itu kita sampaikan kepada atasan langsung kita, malah justru sang atasan kita menghadap sendiri kepada atasan tinggi karena menilai instruksi itu tidak sepaham dengan dirinya.
Anak buah mana yang tidak jengkel diperlakukan seperti itu? Mengapa atasan langsung kita tidak berani secara langsung mengutarakan pendapat itu kepada atasannya lagi? Lebih menyakitkan lagi apabila atasan langsung kita justru berlepas tangan terhadap dilema perintah yang kita terima tersebut.
Pada akhirnya tidak sedikit anggota organisasi yang pergi meninggalkan komunitasnya karena seringkali mengalami mengalami dilema yang disebabkan oleh para pemimpinnya. Kepempinan by pass berpotensi menciptakan iklim organisasi yang kurang kondusif.
Namun pada saat --saat tertentu dengan kondisi emergency, seorang pemimpin tertinggi bisa turun langsung mengambil alih seluruh rantai komando guna melakukan langkah penyelematan organisasi yang dianggap perlu.
Ketika suasana organisasi dianggap sudah "kronis", mau tidak mau sang pemimpin tertinggi harus memberikan instruksi langsung kepada segenap jajarannya. Ia bisa menginstruksikan langsung bahkan seorang staff lapangan sekalipun tanpa melewati para manager karena begitu mendesaknya kondisi. Akan tetapi tetap saja semua elemen yang terlibat didalamnya perlu diberikan pemahaman terlebih dahulu.
Kunci utamanya adalah membangun sebuah harmoni. Menghilangkah sekat-sekat segan, apalagi dari pemimpin tinggi kepada pemimpin dibawahnya. Sebuah organisasi harus menekankan pentingnya profesionalitas.
Kepemimpinan by pass seringkali melanggar kaidah itu, yang berdampak pada suasana kerja tidak kondusif terutama bagi para anggota yang berada pada rantai komando para pemimpin organisasi. Bagaimana mungkin organisasi akan tumbuh dengan cemerlang apabila orang-orang didalamnya dibelenggu oleh egonya masing-masing?
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H