Bagaimanapun juga, selamanya kita tetap akan butuh air. Permasalahannya, apakah situasi dan kondisi dimasa yang akan datang masih memudahkan kita untuk mendapatkan pasokan air bersih secara layak? Memang kita harus menjaga kebiasaan menabung dan menghemat air.
 Akan tetapi kebutuhan air yang terus meningkat membuat "ruang gerak" kita dalam mempergunakan air semakin sempit. Tidak menutup kemungkinan demi menghemat air seseorang yang biasanya mandi 2 kali sehari menjadi 2 hari sekali.Â
Kondisi ini tentunya tidak ideal untuk terus dipertahankan dalam waktu lama. Harus ada langkah lanjutan untuk menghadirkan pasokan air yang mencukupi kebutuhan masyarakat secara jangka panjang. Dan hal ini hanya mungkin terjadi apabila kita mendorong investasi terkait penyediaan air.
Air tanah tidak bisa selalu terus diandalkan. Kita harus melihat potensi dimana air dalam jumlah besar tersimpan. Hanya ada satu kemungkinan tempat terkait hal ini, yaitu lautan.Â
Laut adalah sumber air tak terbatas dan menjadi muara dari seluruh aliran sungai. Bahkan komposisi bumi kita sebagian besar diantaranya adalah lautan. Oleh karena itu sumber air tak terbatas ini hendaknya dimanfaatkan sebagai fokus investasi penyediaan air dimasa depan.
Tantangan Teknologi Penyulingan Air Laut
Arab Saudi merupakan salah satu negara di dunia yang pasokan air bersihnya mengandalkan hasil penyulingan air laut. Instalasi penyulingan air Ras Al Khair memiliki kapasitas sekitar satu juta meter kubik air per hari (kbr.id, 2016), dan menjadi pemasok utama kebutuhan air masyarakat di Arab Saudi termasuk para jamaah haji. Namun teknologi ini tidak bisa dibilang murah.Â
Misalnya instalasi penyulingan air laut milik Australia yang dibangun di Sydney beberapa tahun lalu menelan biaya mencapai 2 miliar dolar Australia atau Rp 19,2 triliun rupiah (kurs 1 dollar Australia = Rp 9.600).
 Secara hitung-hitungan bisnis pun penyulingan air laut untuk saat ini masih belum bisa dikatakan menguntungkan. Contohnya adalah pada instalasi penyulingan air laut milik Australia di Sydney tersebut yang dibangun dengan tujuan mengatasi bencana kekeringan parah sekitar tahun 2010 yang lalu.Â
Namun pada tahun 2012 saat hujan kembali turun dan mengakhiri periode kekeringan di negara tersebut, instalasi penyulingan air laut pun seakan terlupakan karena Australia lebih mengandalkan pasokan air dari bendungan yang sengaja mereka buat untuk menampung sebanyak mungkin air hujan.