Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

TKI Tertipu Jodoh Nenek-nenek dan Solusi "Big Data"

8 Agustus 2019   10:18 Diperbarui: 8 Agustus 2019   10:47 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sebagai orang lain yang tidak mengalami langsung tentu bisa berargumen macam-macam, namun perasaan cinta atau rasa kasmaran yang dialami Yusuf kepada pasangannya tidak kita pertimbangkan. 

Yusuf mungkin sudah terlena dengan buaian kalimat yang diutarakan oleh pasangannya, sehingga membuatnya seakan lupa segalanya. Membuatnya rela menggelontorkan uang hingga Rp 10 juta demi sang pujaan hati. Sesuatu yang pada akhirnya disesali oleh Yusuf dan kini sedang diperjuangkannya agar uang itu bisa kembali.

Pengalaman Yusuf ini menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk lebih waspada dalam melakukan interaksi di medsos. Selain pemalsuan identitas yang telah dilakukan oleh S dengan Yusuf sebagai "korban", sudah banyak kasus-kasus lain yang memanfaatkan media sosial untuk mengelabuhi orang-orang tertentu. 

Beberapa ada yang mengaku sebagai anggota TNI, tapi ternyata ia hanyalah pekerja serabutan yang "menyamar" sebagai TNI demi mendapatkan simpati orang lain. Bahkan beberapa kasus pelecehan seksual pernah terjadi setelah orang-orang tidak bertanggung jawab mengelabuhi perempuan-perempuan "lugu" dengan berbagai modus yang kemudian mereka perdaya. 

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dunia digital menawarkan dua sisi realitas kepada setiap penggunanya, positif dan negatif. Namun dunia digital juga menawarkan solusi untuk setiap masalah ini apabila kita mau menggali dan memperdalam seluk beluk dari digitalisasi ini.

Perkembangan dunia digital telah begitu pesat sehingga melahirkan terobosan-terobosan baru bidang teknologi. Aplikasi-aplikasi berbasis digital telah menjamur hampir di segala aspek. 

Ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dan berbagai bidang lain sudah terjamah oleh implementasi digitalisasi. Semuanya sudah terkoneksi dengan begitu sederhana. Kita cukup mencantumkan alamat email, menuliskan nama identitas, atau melampirkan nomor telepon saja sudah cukup menghubungkan diri kita dengan akses tak terbatas di dunia digital. Konsekuensi dari hal ini, data diri kita menjadi begitu penting bahkan merupakan aset berharga yang "diperebutkan" banyak pihak.

Para pelaku bisnis online kita lihat sering memberikan penawaran menarik dan gratis berupa e-book gratis, panduan bisnis gratis, pelatihan gratis, seminar gratis, dan lain sebagainya. Syaratnya sederhana, berikan nama identitas, email, dan nomor telepon kita. Itu saja. Terlihat sangat mudah dan sederhana. Namun inilah realitas dari dunia digital. 

Secara garis besar terlihat begitu sederhana, akan tetapi dibalik itu semua ada suatu sistem kompleks yang apabila dikaji lebih dalam akan membuat mata kita terbelalak. 

Data kita ternyata begitu berharga dan bernilai laksana emas permata. Kasus bocornya data pengguna facebook yang dimanfaatkan oleh Cambridge Analytica yang terjadi beberapa bulan silam menjadi salah satu bukti sahih betapa berharganya data seseorang. Bahkan facebook harus menerima konsekuensi denda yang sangat besar atas kelalaiannya ini. 

Data pengguna medsos memang sangat berharga sebagai sasaran empuk atas setiap program yang akan diluncurkan pihak-pihak berkepentingan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun