Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Berbanggalah dengan Keilmuanmu tapi Jangan Meremehkan Keilmuan Orang Lain

3 Agustus 2019   07:07 Diperbarui: 3 Agustus 2019   07:29 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latar belakang keilmuan yang berbeda-beda | Sumber gambar : https://www.educenter.id

Sebuah komunitas, khususnya organisasi bisnis pada umumnya terdiri dari orang-orang dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu. Terdiri atas orang-orang yang memiliki jenis keilmuan yang berbeda-beda. 

Setiap orang dari berbagai latar belakang itu kemudian saling bekerjasama satu sama lain, saling bahu-membahu mencapai tujuan bersama. 

Selama proses terjalinnya kerjasama itu, akan terlihat setiap individu "mempertontonkan" keahliannya masing-masing. Dalam hal ini, tidak jarang sebagian orang merasa sangat bangga dengan apa yang dimilikinya dan bahkan menganggap remeh keahlian yang dimiliki oleh orang lain.

Beberapa tahun lalu saya pernah berjumpa dengan seseorang yang terlihat sangat bangga dengan keahlian tehnikal yang ia miliki. Ia begitu bangga dengan keilmuan eksak seperti elektronika serta mekanika yang dimilikinya. 

Sedangkan disiplin keilmuan yang saya miliki tidaklah sama dengannya. Terkesan saat itu ia begitu membanggakan pengetahuannya dan menjadikannya seakan ilmunya juga harus dikuasai orang lain apabila ingin mencapai titik keberhasilan tertentu. 

Saat itu saya samasekali tidak sepakat dengan pandangan yang ia miliki. Meskipun beberapa statement "keangkuhan" ia lontarkan, saya mencoba membiarkannya sembari menunggu waktu yang tepat untuk menunjukkan bahwa pemahamannya itu kurang tepat. 

Hingga beberapa bulan kemudian saya mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan beberapa hal yang ternyata tidak bisa dilakukannya berdasar keilmuan yang ia miliki. Permasalahan yang ia hadapi harus diselesaikan dengan pendekatan keilmuan lain, dengan keilmuan yang saya miliki.

Kita boleh dan memang sudah sepantasnya berbangga dengan keilmuan yang kita miliki. Namun hanya sebatas kebanggaan didalam hati, bukan mengumbarnya di muka umum seakan kitalah yang paling unggul dibandingkan yang lain. 

Prinsip padi yang mana makin berisi semakin menunduk adalah filosofi terbaik dari seseorang yang berilmu. Ketika kita merasa paling pintar, paling tahu, atau memiliki jenis keilmuan paling baik maka sebenarnya kita tengah mendungukan kualitas diri kita. 

Kita menjadi padi yang tanpa isi. Kebanggaan terhadap kelimuan yang kita miliki adalah cara untuk terus memiliki hasrat belajar lebih banyak lagi guna memperdalam kualitas pemahaman atas ilmu atau pengetahuan tersebut, bukan untuk memandang remeh orang lain berikut keilmuan yang dimilikinya.

Ada begitu banyak jenis ilmu pengetahuan atau disiplin keilmuan di dunia ini. Setiap orang hampir tidak mungkin menguasai setiap jenis disiplin ilmu itu. 

Mungkin ada yang menguasai satu bidang saja, barangkali ada juga yang mampu memahami dengan baik dua atau tiga jenis keilmuan yang berbeda-beda. Namun untuk menguasai semuanya sangatlah sulit. Dalam sudut pandang kita, ilmu pengetahuan yang kita pelajari mungkin kita anggap sebagai yang terbaik diantara yang lain. 

Bisa jadi kita beranggapan bahwa keilmuan yang kita miliki merupakan pusat atau sentral dari semuanya, sedangkan yang lain hanyalah pendukung saja. Pandangan semacam ini perlu diluruskan karena pada dasarnya semua bidang keilmuan itu saling melengkapi satu sama  lain. 

Orang-orang dengan latar belakang manajemen tidak boleh menganggap dirinya lebih jago daripada orang-orang berlatar belakang teknikal. Mereka yang berlatar pendidikan ekonomi, belum tentu lebih jago dalam urusan bisnis apabila dibandingkan dengan mereka yang berlatar pendidikan bahasa. 

Sebagai contoh Jack Ma, ia adalah seseorang berlatar belakang guru bahasa Inggris namun kini berhasil menjadi pebisnis sukses mengalahkan orang-orang berlatar pendidikan bisnis lainnya. 

Oleh karena itu tidak patut kiranya bagi kita memandang atau menganggap remeh orang lain dengan segala jenis latar belakangnya. Bagaimanapun juga kita tidak pernah tahu masa depan apa yang kelak akan terjadi pada masing-masing orang. Tugas kita adalah memberikan apresiasi terhadap keilmuan orang lain, dan respek terhadap mereka.

Kita memang harus bangga dengan pembelajaran yang kita lakukan, dengan kelimuan yang kita pelajari. Akan tetapi kita mesti tetap berpijak ke bumi seraya memandang dengan bijaksana bahwa luasnya dunia ini membutuhkan sumbangsih lebih dari sekadar apa yang kita miliki. Ada kemampuan serta keilmuan orang lain yang berbeda-beda yang juga dibutuhkan untuk mengelolanya.

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun