Mungkin dahulu kita pernah melakukan tes psikologi untuk mengetahui karakteristik dan kecenderungan diri kita. Kita menjawab beberapa pertanyaan dan menyelesaikan beberapa tes psikologis sebelum akhirnya kita menjadi tahu tentang kepribadian diri kita masing-masing berikut minat kita terhadap sesuatu hal.Â
Pada era big data ini lebih mungkin bagi kita untuk mengetahui kecenderungan diri kita seiring sistem yang terus merekam aktivitas kita dan kemudian memetakan hal-hal apa saja yang menjadi nilai keunikan setiap individu.Â
Seperti halnya seorang pengguna media sosial akan bisa dipetakan kecenderungan perilakunya berdasarkan status apa yang dia like, status apa yang ia komentari, website apa yang ia kunjungi, dan lain sebagainya. Inilah cara untuk tahu kebiasaan, karakter, bahkan kondisi seseorang tanpa harus mengajukan pertanyaan secara langsung kepada mereka.
Sama halnya ketika kita ditanya tentang kriteria seperti apa dari seseorang untuk dijadikan pasangan hidup, jawaban lisan kita belum tentu merepresentasikan keinginan kita yang sesungguhnya. Bisa jadi jawaban kita cenderung normatif agar tidak dinilai buruk oleh orang lain yang bertanya hal itu kepada diri kita.Â
Mungkin saat ditanya kriteria perempuan seperti apa yang kita inginkan, jawaban seperti "baik hati", "pengertian", "lucu", "berhijab", atau "tinggi" akan meluncur dari mulut kita.Â
Padahal tidak menutup kemungkinan ada hal-hal lain yang sulit untuk terucap karena kita malu mengutarakannya atau karena memang kita tidak menangkap maksud dari keinginan itu.Â
Dengan memanfaatkan big data, semua hal yang "tersembunyi" itu bisa terbaca. Dengan demikian hal ini akan lebih memungkinkan kita untuk menguraikan sesuatu yang saat ini samar.
Saat ada seorang laki-laki mendambakan seorang perempuan untuk menjadi pasangan hidupnya, ia hanya bisa melihat "kulit luar" saja baik itu dari penampilan tubuh, paras wajah, atau cara bertutur kata.Â
Untuk melihat karakter orang tersebut tentu butuh waktu untuk saling berbicara satu sama lain. Meskipun sebenarnya hal ini juga belum bisa menjamin akan representasi sebenarnya dari karakter orang tersebut.Â
Sangat mungkin sekali bagi seseorang untuk "menyembunyikan" identitas aslinya kala berbicara dengan orang lain. Ekspresi bisa dimanipulasi, terlebih lagi perkataan bisa dikemas lebih menarik dari kenyataan.Â
Kecenderungan sejati seseorang akan terlihat dari perilakunya sehari-hari yang mana ia tidak merasa sedang diawasi orang lain. Saat mereka tengah berada dalam lingkungannya yang "bebas" tanpa kekangan.