Pemerintah boleh-boleh saja berfokus pada pembangunan infrastruktur seperti jembatan, jalan tol, bendungan, atau sejenisnya. Namun pemerintah juga tidak boleh mengabaikan aspek moralitas masyrakatnya. Sebagaimana amanah yang disampaikan oleh para pendahulu bangsa didalam lirik lagu Indonesia Raya. "..Â
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.." Bukan sebatas badan (infrastruktur) bangsa yang perlu mendapatkan perhatian pemimpin republik ini, lebih utama dari itu adalah jiwa-jiwa anak bangsa yang mesti dibentuk atau dibangun sedemikian rupa sehingga memiliki akhlak atau etika yang luhur.Â
Seperti amanah Undang-Undang Dasar 1945, "..Berbudi pekerti luhur..". Memunculkan LGBT baru sebagai akibat kegagalan proses pembinaan lapas yang kondisinya overload bukanlah wujud komitmen sebuah bangsa sebagaimana amanah undang-undang.Â
Selain memperbaiki kualitas ataupun kuantitas lapas, menjadi tugas kita bersama untuk menekan angka kriminalitas yang mengakibatkan seseorang berstatus narapidana.Â
Pendidikan harus benar-benar dioptimalkan sehingga mampu menekan angka kriminalitas. Status ekonomi masyarakat pun juga tidak boleh dilupakan. Bagaimanapun juga kondisi ekonomi seringkali menjadi faktor utama dibalik tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh seseorang.Â
Jika memang demikian halnya yang terjadi, maka bisa dikatakan juga bahwa LGBT itu muncul sebagai efek dari buruknya kualitas pendidikan serta rendahnya kualitas ekonomi seseorang.
Mungkin masih ada kontroversi atau pro kontra dalam menyikapi "kaum" LGBT di Indonesia. Namun kita semua sepakat bahwa mempertontonkan aksi seksual menyimpang adalah sesuatu yang terlarang. Kodrat kita diciptakan berpasang-pasangan berlainan jenis, dan memang semestinya seperti itu.Â
Semoga Negara Indonesia tercinta ini senantiasa menjadi bangsa yang dilindungi serta dihindarkan dari sebuah masa seperti masa umatnya Nabi Luth AS yang diazab oleh karena perilaku seksual menyimpang mereka.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H