Namun beliau tidak pernah bersikap anti kepada anak keturunan Tionghoa itu atau mengusirnya. Semua yang berkenan datang ke beliau untuk belajar akan disambut dengan baik.
Saat ini mungkin cukup sulit untuk menemukan orang-orang seperti beliau yang memiliki ketulusan dan tanpa pamrih dalam mengajarkan nilai-nilai agama. Terlebih hal itu dilakukan di kampung yang notabene jauh dari pencitraan.
Bukan perkara mudah untuk meluangkan waktu mengajari anak-anak orang lain sedangkan tidak ada imbal balik finansial terhadap hal itu. Namun Pak Dul membuktikan bahwa beliau bisa melakukannya. Semata karena niatannya yang kuat untuk berdakwah di jalan Allah SWT.
Pak Dul sudah menjadi inspirasi bagi saya dan segenap warga kampung lainnya. Mungkin sampai saat ini saya ataupun para "mantan" santrinya yang lain belum mampu membalas budi apapun ke beliau.
Namun kesempatan berharga berupa berkah umroh dari Berlipatnya Berkah Allianz ini sekiranya mampu untuk menjadi berkah berharga di usia senjanya, menjadikan Pak Dul sempat berziarah ke "baitullah".
Langkah beliau untuk menebar kebaikan mungkin sudah tidak "selincah" dulu lagi. Jika setiap bulan Ramadhan dahulu beliau bertindak sebagai imam sholat tarawih, saat ini mungkin hanya shalat fardhu berjamaah saja yang beliau pimpin.
Meskipun begitu, beliau masih menyempatkan diri untuk menyampaikan sepatah dua patah kalimat tausiyah kepada para jamaahnya. Mungkin beliau masih ingin tetap memberikan manfaat kepada orang lain dengan "sisa-sisa" kemampuannya.
Salam hangat,
Agil S Habib
Tulisan ini diikutsertakan juga di landing page berlipatnyaberkah.allianz.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H