Syahadat
Dalam Islam, keimanan seseorang harus diikrarkan. Ikrar itu disebut dengan syahadat. Ketika beberapa waktu lalu Deddy Corbuzier memutuskan untuk menjadi mualaf, hal pertama yang menjadi tanpa keislamannya adalah mengucapkan dua kalimat syahadat. Ikrar ini bukan semata-mata sebagai pintu awal untuk memasuki keimanan, tetapi juga menyimpan makna yang sangat mendalam
Syahadat adalan bentuk keyakinan sekaligus kepatuhan kita kepada nilai-nilai yang telah digariskan oleh Sang Pencipta serta meneladani hal-hal yang diajarkan oleh Rasullullah SAW.Â
Sebuah keimnan bukan sebatas mengaku saya beriman, itu adalah sesuatu yang mesti dideklarasikan atau diikrarkan secara lantang. Bukan sebagai penyombongan diri, melainkan sebuah pengakuan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada yang diyakini dan diikuti. Ketika Allah SWT menyatakan bahwa Dia lebih dekat dari urat leher seseorang, itu artinya Allah SWT lebih memahami dan mengetahui kita jauh lebih baik dari siapapun termasuk diri kita sendiri. Ketika kita sudah percaya dan memasrahkan diri sepenuhnya kepada-Nya maka tidak ada alasan lagi untuk menjadi resah dan gelisah.
Sholawat
Sholawat ibarat bunga tanaman yang menjadi awalan menuju hati terang. Mengumandangkan sholawat nabi selain memberikan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW juga menjadi upaya pemulyaan diri kita sendiri. Nabi Muhammad adalah sosok yang sudah sangat mulia, sehingga seandainya tanpa kita memuji atau memulyakannya pun beliau tetap akan mulia. Lalu mengapa sholawat diperlukan? Rasullulah SAW ibarat sebuah gelas dengan isi air yang sudah penuh.Â
Melantunkan sholawat untuk beliau sama halnya kita menambahkan tuangan air pada gelas itu. Sehingga air didalam gelas akan meluber dan tumpah. Tumpahan itulah yang kembali pada kita. Dengan kata lain, kita mendapatkan luapan kemulyaan yang beliau miliki melalui untaian sholawat yang kita lafalkan.
Menjadi mulia adalah upaya untuk menerangi hati. Karena hati yang terang itu erat kaitannya dengan diri yang mulia. Mulia itu adalah ketika kita dipandang demikian oleh Allah SWT, bukan sebatas oleh sesama manusia saja.
Dzikir
Sesungguhnya hanya dengan mengingat Allah SWT maka hati menjadi tenang. Inilah esensi utama dari mengingat dan merenungi keberadaan sang pencipta. Allah SWT menyuruh kita untuk senantiasa mengingat-Nya dalam keandaan berdiri, duduk, dan terbaring. Dengan demikian dalam setiap situasi dan kondisi tidak ada satupun alasan untuk lalai kapada-Nya.
Merengungi kebesaran Allah SWT membuat kita yakin bahwa tidak ada satupun peristiwa terjadi yang terjadi di dunia ini melainkan dalam aturan kehendak-Nya. Dia Mahabesar, Mahakuasa, dan Mahabijaksana.Â