Entah apakah hal serupa juga menjadi pertimbangan para pejabat lain yang memiliki posisi bergengsi lebih dari satu. Ataukah hal itu terjadi hanya karena ambisi seseorang yang tak terkendali, sehingga ia menjadi serakah untuk mendapatkan posisi bergengsi di suatu instansi, institusi, atau organisasi tertentu.Â
Setiap orang pasti memiliki motivasinya masing-masing terkait kenyataan bahwa mereka memiliki jabatan ganda. Jikalau rangkap jabatan ini terjadi oleh karena adanya keserahakan didalam diri yang begitu membabi buta mengejar kemegahan, prestise, dan popularitas maka orang-orang yang menjadi bagian dari organisasi tersebut patut untuk khawatir.Â
Karena seorang pemimpin yang menyimpan keserakahan dihatinya tidak akan pernah mampu memberikan pelayanan yang tulus kepada orang lain. Semua dilakukan hanya demi kepentingan pribadinya sendiri. Pemimpin seperti inilah yang mesti kita hindari.
Sedangkan terkait dengan dasar terjadinya rangkap jabatan karena kompetensi seseorang sebenarnya hal ini pun juga perlu ditinjau ulang. Mengandalkan satu sosok tertentu saja dan minim alternatif sosok lain karena dinilai kurang kompeten merupakan bukti kegagalan dari sebuah proses regenerasi.Â
Bagaimanapun juga seorang pemimpin hebat adalah mereka yang mampu melahirkan pemimpin hebat lain. Kaderisasi. Sehingga tongkat estafet kepemimpinan dapat diteruskan oleh generasi selanjutnya.
Rangkap jabatan sebenarnya tidak hanya terjadi pada pos-pos jabatan publik saja. Untuk ranah yang lebih kecil seperti organisasi bisnis pun tidak menutup kemungkinan terjadinya rangkap jabatan.Â
Ada direktur yang sekaligus menjabat sebagai kepala divisi Human Resources and Development (HRD), ada kepala Plant Manager yang merangkap sebagai kepala divisi Personalia, ada Factory Manager yang sekaligus menjabat sebagai pemimpin tertinggi Quality Control (QC), serta masih banyak lagi yang lainnya.Â
Terlepas dari latar belakang adanya rangkap jabatan ini, entah karena dasar kompetensi ataukah karena sebuah keserakahan, kita harus melihat seberapa besar perbedaan kinerja yang dihasilkan antara kondisi organisasi pada saat dipegang oleh pemimpin tunggal dengan ketika dikelola oleh pemimpin yang rangkap jabatan.Â
Kita harus menilai secara fair terkait kinerja yang mereka tunjukkan. Akan tetapi patut diingat bahwa menambah fokus perhatian lebih dari satu bidang berpotensi menurunkan kinerja pencapaian pada keseluruhan bidang yang dijalani.
 Jangan sampai keberadaan rangkap jabatan ini justru mengorbankan orang lain yang semestinya mendapatkan pelayanan terbaik dari mereka yang diberi amanah. Apabila amanah yang sudah dititipkan kepada mereka itu ternyata diabaikan, maka bukankah itu berarti sama halnya dengan khianat?
Salam hangat,