Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Fusi, Sinergi, dan Kolaborasi di Era Industri 4.0

25 Juni 2019   14:22 Diperbarui: 25 Juni 2019   14:38 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bumi kita sekitar dua pertiga diantaranya terdiri dari air atau dalam istilah kimianya dikenal dengan H2O. Air memiliki karakteristik yang unik sebagaimana kita tahu. Namun ternyata air atau H2O ini disusun oleh atom Hidrogren (H) dan atom Oksigen (O) yang memiliki karakteristik jauh berbeda dibadingkan air sebagai hasil persenyawaan atau fusinya. 

Hidrogen merupakan unsur kimia yang mudah sekali terbakar, sedangkan Oksigen merupakan unsur kimia yang sangar mudah bereaksi atau bersenyawa dengan unsur-unsur lainnya. Hal ini berbeda dengan air, yang mana justru sering kita pakai sebagai bahan untuk memadamkan kebakaran. Disini penulis tidak sedang ingin memberikan penjelasan tentang ilmu kimia, namun mengajak kita semua untuk mengambil pembelajaran dari peristiwa ini.

Mungkin diantara kita ada yang pernah mendengar atau bahkan mempelajari ilmu tentang NLP (Neuro-Linguistic Programming), sebuah pendekatan komunikasi, pengembangan diri, dan psikoterapi yang dipakai untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dialami manusia seperti trauma, fobia, kecanduan, dan lain sebagainya. 

Tahukah kita bahwa pendekatan NLP ini lahir dari penggabungan atau fusi lebih dari satu disiplin ilmu? NLP digagas oleh Richard Bandler, seorang dengan latar belakang matematikawan dan komputer dan John Grinder, seorang profesor bidang linguistik. Kolaborasi mereka melahirkan ilmu baru yang dapat menuntun seseorang mengubah pola pikirnya atau persepsinya melalui beberapa treatment khusus.

Selain itu ada juga Ary Ginanjar Agustian, founder dan CEO dari ESQ Group, penulis buku bestseller ESQ serta penggagas ESQ Leadership Center. Gagasan tentang ESQ atau Emotional Spiritual Quotion lahir dari sebuah pemikiran yang memadukan konsep kecerdasan intelektual, emosional, serta spiritual dengan layaknya planet-planet yang mengorbit ke matahari sebagai pusat tata surya. 

Nilai-nilai scientific dari konsep kecerdasan beliau kemas dalam balutan nilai-nilai mulia spiritual keislaman dalam ajaran rukun iman, rukun Islam, dan juga ihsan. Gagasan ini beliau padukan dengan apa yang disebut sebagai ESQ. Gagasan ini telah diterima begitu luas oleh masyarakat, bahkan hingga keluar negeri. Bapak Ary Ginanjar sendiri mendapatkan apresiasi berupa gelar Doktor Honoris Causa atas buah pikirannya ini, karena dianggap berkontribusi besar membangun karakter bangsa yang hebat.

Apa yang terjadi dari proses terciptanya air (H2O) sebagai hasil reaksi fusi atom Hidrogen dan atom Oksigen, apa yang melahirkan pendekatan NLP dari kolaborasi ilmu komputer matematika serta lingustik, dan apa yang membentuk ESQ dari gagasan atas nilai-nilai spiritual dalam kerangksa psikologi kecerdasan memberikan kita sebuah gambaran bahwa suatu terobosan baru itu bisa terlahir dari kolaborasi atau penggabungan beberapa konsep keilmuan yang berbeda-beda. 

Hal inilah yang kita perlukaan saat ini sebagai senjata untuk menciptakan eksistensi di era digital. Sekarang adalah eranya fusi. Tokopedia memadukan konsep pasar (marketplace) dengan teknologi informasi, demikian juga dengan bukalapak, lazada, bli bli, dan sejenisnya. Go-Jek memadukan layanan konvensional dengan dukungan teknologi informasi. Pada akhirnya muncul sebuah cara bisnis baru yang dulu mungkin tidak pernah terfikirkan. Kolaborasi disiplin keilmuan telah membawa kita pada sebuah peradaban baru yang jauh berbeda dibandingkan sebelumnya.

Kondisi-kondisi yang telah tampak didepan mata kita ini sayogyanya menyadarkan kita bahwa tidak cukup kiranya bagi kita untuk sekadar memiliki satu penguasaan bidang. Kita harus menguasai sedikitnya dua bidang keilmuan yang berbeda, yang kemudian kita padukan untuk menjadi keilmuan yang baru dan berbeda dari sebelumnya. Layaknya atom hidrogen yang bersenyawa dengan atom oksigen dan menghasilkan air. Berbeda, baru, dan unik. Karakteristik yang dihasilkan pun akan berbeda sehingga hal itu menjadi nilai tambah keunikan tersendiri.

Oleh karena itu, apabila kita memang berminat untuk menciptakan eksistensi pribadi maka pilihan satu-satunya adalah kita harus mendedikasikan sebagain waktu kita untuk mempelajari dan menguasai sesuatu yang lain. Alokasikan waktu khusus untuk mempelajari hal lain di luar bidang kebiasaan kita sehingga kita memiliki referensi tambahan untuk menggagas sesuatu yang berbeda. 

Makin banyak bidang yang kita kuasai, maka itu akan memberikan kita opsi yang lebih variatif. Hanya saja lebih baik kiranya jika kita memulainya satu demi satu dalam rangka mengakses pemahaman di bidang baru. Fokus terhadap suatu bidang tertentu. Seperti kata Josh Kaufman dalam bukunya The First 20 Hours, bahwa untuk menguasai sebuah skill setidaknya dibutuhkan waktu 20 jam latihan terus-menerus. Inilah yang perlu kita lakukan. Berlatih dan mengasah diri secara terus-menerus sembari menyempurnakan kemampuan yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun