Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Efek Domino Amarah Pemimpin dan Harmoni Kerja

13 Juni 2019   07:05 Diperbarui: 13 Juni 2019   07:29 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerjasama tim akan terhambat. Meski mungkin secara kasatmata kerja sama itu tetap terjalin, namun jauh didalam hati mereka ada perasaan tidak nyaman. Harmoni kerja akan hilang.

Lantas siapa yang patut untuk diminta pertanggungjawaban terkait hal ini? Tentu saja sang pemimpin. Kepemimpinan berbalut amarah yang diterapkannya telah membuat anggota timnya kalang kabut mencari dalih pembenaran atas setiap perilaku dirinya masing-masing serta mencari kambing hitam atas setiap masalah yang terjadi. 

Bagaimana mungkin harmoni kerja akan tercipta ketika saling tuding dan budaya saling mempersalahkan satu sama lain ini masih tetap terjadi? Seorang pemimpin bisa berkata bahwa anak buahnya harus saling bekerjsama satu sama lain. 

Seorang pemimpin juga bisa memaksa anggota timnya agar tidak saling mempersalahkan satu sama lain. Akan tetapi apakah arahan seperti itu efektif? Apakah instruksi untuk meminta orang lain patuh akan berdampak positif terhadap harmoni kerja? 

Sebuah harmoni lahir bukan dari instruksi, arahan, dan terlebih paksaan. Harmoni lahir dari sikap dan contoh-contoh keharmonisan yang terlihat dalam realitas.

Perubahan lingkungan kerja dimulai dari perubahan pada pemimpinnya. Selama pemimpin itu menerapkan sebuah sistem kepemimpinan yang mengungkung harmoni kerja, maka selamanya lingkungan kerja hanya akan menjadi ajang adu dalih dan saling tuding. 

Bisnis mungkin akan tetap berjalan, tetapi ia berjalan diatas sebuah disharmoni yang bisa kapan saja meledak menjadi bencana bagi bisnsi tersebut. Atau setidaknya bisnis itu mengalami kekerdilan dalam pertumbuhannya. Maukah kita berada dalam sebuah lingkungan seperti itu?

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun